Bersukacita dalam Penderitaan
BERSUKACITA DALAM PENDERITAAN
Oleh: Pnt. Drs. Beltasar Pakpahan
23 Sebab itu kamu harus bertekun dalam iman,
tetap teguh dan tidak bergoncang, dan jangan mau digeser dari pengharapan
Injil, yang telah kamu dengar dan yang telah dikabarkan di seluruh alam di
bawah langit, dan yang aku ini, Paulus, telah menjadi pelayannya.
24 Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh
menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada
penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat.
25 Aku telah menjadi pelayan jemaat itu sesuai
dengan tugas yang dipercayakan Allah kepadaku untuk meneruskan firman-Nya
dengan sepenuhnya kepada kamu,
26 yaitu rahasia yang tersembunyi dari abad ke
abad dan dari turunan ke turunan, tetapi yang sekarang dinyatakan kepada
orang-orang kudus-Nya.
27 Kepada mereka Allah mau memberitahukan,
betapa kaya dan mulianya rahasia itu di antara bangsa-bangsa lain, yaitu:
Kristus ada di tengah-tengah kamu, Kristus yang adalah pengharapan akan
kemuliaan!
28 Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap
orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk
memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus.
29 Itulah yang kuusahakan dan kupergumulkan
dengan segala tenaga sesuai dengan kuasa-Nya, yang bekerja dengan kuat di dalam
aku.
(Kolose 1:23-29)
PENDAHULUAN
“Bersukacita di tengah penderitaan” tampaknya merupakan
kalimat yang sangat sulit didengar oleh telinga kita dan menurut kita sangat
tidak relevan. Ada kesan bahwa semboyan ini hanya berlaku pada zaman dahulu dan pada orang-orang
tertentu, seperti nabi dan rasul, sehingga kurang relevan untuk zaman sekarang
ini. Namun, kita harus belajar menerima kenyataan bahwa Tuhan mengizinkan
anak-anak-Nya sampai saat ini mengalami penderitaan di dunia ini. Alkitab juga
menyoroti hal penderitaan yang diizinkan Tuhan itu secara positif, sebab semua
itu terjadi dalam kendali dan kontrol Allah, meskipun kendali itu masih menjadi
rahasia Allah dan misteri bagi kita sehingga kita belum mampu memahami maksud
dan tujuannya.
PAULUS MENGALAMI
BANYAK PENDERITAAN
Paulus mengalami banyak penderitaan dalam melaksanakan tugasnya memberitakan Injil keselamatan dalam Kristus (ay. 24). Namun demikian, Paulus tetap bertekun di dalam tugas mulia tersebut sehingga berita keselamatan dapat diterima oleh bangsa-bangsa bukan Yahudi (ay. 25). Sekalipun mengalami berbagai aniaya dan penderitaan, Paulus tetap setia dan dengan segenap hati dalam menasehati, mengajar dan memimpin tiap-tiap orang datang kepada Yesus Kristus untuk beroleh keselamatan dan kesempurnaan di dalam Dia.
Paulus adalah seorang pemberita Injil yang selalu
menderita. Dia menderita karena kepentingan Kristus dan untuk kebaikan jemaat,
yaitu dia menderita krena memberitakan Injil kepada mereka. Selagi dia menderita
karena kepentingan baik ini, dia dapat bersukacita dalam penderitaannya (ay.
24), yaitu bersukacita karena telah dianggap layak menderita dan menghargainya
sebagai suatu kehormatan baginya.
PENDERITAAN PAULUS
MENGGENAPKAN YANG KURANG DALAM PENDERITAAN KRISTUS
Paulus menggenapkan dalam dagingnya apa yang kurang dalam penderitaan Kristus (ay. 24). Tetapi harus kita pahami bahwa bukan berarti penderitaan Paulus, atau siapaun yang lainnya, merupakan penebusan dosa, seperti yang dilakukan Kristus dengan penderitaan-Nya. Tidak ada yang kurang dalam penderitaan Kristus, dan karenanya tidak ada yang perlu digenapkan. Penderitaan-Nya cukup untuk memenuhi dengan sempurna tujuan-Nya, yaitu untuk memenuhi tuntutan keadilan Allah dalam menyelamatkan umat-Nya.
Penderitaan Paulus dan pelayan-pelayan Kristus lainnya
membuat mereka menjadi serupa dengan Kristus. Mereka mengikuti Dia dengan
menderita seperti Dia, sehingga mereka dikatakan menggenapi apa yang kurang
pada penderitaan Kristus. Karenanya hal ini lebih tepat kita pahami bukan
menggenapi penderitaan Kristus tetapi menggenapi penderitaan Paulus dan
pelayan-pelayan Tuhan lainnya bagi Kristus. Jadi Paulus menggenapkan apa yang
kurang. Karena penderitaan Paulus sesuai dengan penetapan tugasnya, maka
demikianlah dia masih menggenapkan lagi dan lagi apa yang kurang, atau yang
masih tersisa dari apa yang menjadi bagiannya.
SETIAP ORANG PERLU
DINASEHATI DAN DIAJARI
Paulus adalah pemberita Injil yang karib. Dia tidak hanya memberitakan Injil di hadapan orang banyak, melainkan juga dari rumah ke rumah, dari satu orang ke orang lain. Ini tampak dari apa yang dinyatakan Paulus dalam ay. 28, “…tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat,,,”. Setiap orang perlu dinasehati dan diajari. Ketika kita menasihati orang tentang perbuatan mereka yang salah, kita juga harus mengajar mereka untuk berbuat lebih baik, artinya menasehati dan mengajar harus berjalan beriringan. Orang harus dinasehati dan diajar dengan penuh kebijaksanaan atau hikmat. Kita pilih waktu yang paling tepat, kita gunakan cara yang paling mungkin berhasil, dan kita sesuaikan diri kita dengan keadaan dan kemampuan yang berbeda-beda dari orang-orang yang harus kita tangani.
Tujuan Paulus dalam menasehati dan mengajari ini adalah
untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus, yaitu
sempurna dalam pengetahuan tentang ajaran Kristus (Fil. 3:15; 2 Tim. 3:17), dan
membawa mereka kepada roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna
(Ibr. 12:23). Jadi, pelayan-pelayan Tuhan harus bertujuan agar setiap orang
yang mendengarkan mereka bisa hidup lebih baik dan memperoleh keselamatan.
PAULUS ADALAH
PEKERJA KERAS
Menunda-nunda pekerjaan bukanlah karakter Paulus, namun dia adalah seorang pemberita Injil yang rajin dan tidak melakukan pekerjaannya dengan ceroboh (ay. 29). Dia bekerja keras dan berjuang, sangat rajin dan bergumul dengan banyak kesulian, sesuai dengan ukuran anugerah yang diberikan kepadanya dan kehadiran Kristus yang luar biasa menyertai dia.
Karena Paulus mengabdikan dirinya untuk melakukan banyak
kebaikan, maka dia memperoleh anugerah ini, bahwa kuasa Allah bekerja di dalam
dia dengan lebih berhasil. Semakin kita bekerja keras dalam pekerjaan Tuhan,
semakin besar ukuran bantuan yang dapat kita harapkan dari Dia untuk pekerjaan
itu, yakni “menurut pemberian kasih
karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku sesuai dengan pengerjaan kuasa-Nya”
(Ef. 3:7).
RAHASIA INJIL
SUDAH LAMA TERSEMBUNYI
Rahasia Injil sudah lama tersembunyi, yaitu tersembunyi selama berabad-abad dan dari generasi ke generasi (ay. 26), selama beberapa abad ketika jemaat berada di bawah pengaturan Perjanjian Lama. Rahasia ini sekarang, pada saat waktunya sudah genap, dinyatakan kepada orang-orang kudus, atau disingkapkan dengan jelas dan dibuat tampak. Selubung yang menutupi wajah Musa disingkapkan di dalam Kristus (2 Kor. 3:14). Rahasia Kristus, yang pada zaman angkatan-angkatan dahulu tidak diberitakan kepada anak-anak manusia, sekarang dinyatakan di dalam Roh kepada rasul-rasul dan nabi-nabi-Nya yang kudus (Ef. 3:4-5).
Apakah sebenarnya yang menjadi rahasia tersebut? Kekayaan
kemuliaan Allah di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi (ay. 27). Rahasia besar
tersebut tepatnya adalah peruntuhan tembok pemisah antara bangsa Yahudi dan
bangsa-bangsa bukan Yahudi dan pemberitaan Injil kepada dunia bangsa-bangsa
bukan Yahudi, serta menjadikan orang-orang yang sebelumnya bebal dan penyembah
berhala ikut mendapatkan hak-hak istimewa dari Injil, yaitu bahwa orang-orang
bukan Yahudi, karena Berita Injil, turut menjadi ahli-ahli waris dan
anggota-anggota tubuh dan peserta dalam janji yang diberikan dalam Kristus
Yesus (Ef. 3:6). Jadi rahasia ini, yang diungkapkan dengan cara demikian,
adalah Kristus ada di dalam kamu atau di tengah-tengah kamu, yaitu Kristus yang
adalah pengharapan akan kemuliaan.
KEWAJIBAN TIAP
ORANG YANG INGIN MENDAPAT BAGIAN DALAM RAHASIA INJIL
Kita harus bertahan di dalam iman dengan teguh dan tidak goncang, dan tidak mau digeser dari pengharapan Injil (ay. 23) apabila kita ingin mendapat bagian dalam rahasia Injil. Artinya, kita harus benar-benar menetapkan dalam pikiran kita untuk tidak digeser dari pengharapan itu oleh godaan apapun. Kita harus berdiri teguh dan tidak tergoyahkan (1 Kor. 15:58) dan teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita (Ibr. 10:23).
Dengan demikian, kita dapat mengharapkan akhir yang
membahagiakan untuk iman kita hanya jika kita tetap bertahan di dalam iman, dan
tetap teguh dan tidak tergoyahkan di dalamnya sehingga tidak dapat digeser
darinya. Kita tidak boleh mengundurkan diri dan binasa, melainkan harus menjadi
orang-orang yang percaya dan yang beroleh hidup (Ibr. 10:39). Kita harus setia
sampai mati, melewati segala pencobaan, supaya kita dapat menerima mahkota
kehidupan, dan mencapai tujuan iman kita, yaitu keselamatan jiwa kita (1 Ptr.
1:9).
REFLEKSI
Seperti Paulus, kita anak-anak Tuhan juga harus siap menderita. Yang dimaksud di sini bukanlah penderitaan yang disebabkan oleh kejahatan yang dilakukan sehingga seseorang pantas mendapat hukuman, melainkan penderitaan yang timbul karena seseorang mentaati kebenaran firman Tuhan. Dengan meyakini bahwa berita Injil sangat penting bahkan urgen untuk didengarkan dunia ini, kita akan dimampukan untuk menghadapi persoalan dan penderitaan bahkan dengan tetap bersyukur. Pandangan umum seringkali didasarkan pada nafsu, kejahatan dan kekejian. Di sinilah dituntut keberanian kita untuk tampil beda.
Comments
Post a Comment