Tiga Pencobaan Besar Dalam Hidup

 TIGA PENCOBAAN BESAR DALAM HIDUP

Lukas 4:1-13 

Oleh: Pnt. Drs. Beltasar Pakpahan

 

Yesus, yang penuh dengan Roh Kudus, kembali dari sungai Yordan, lalu dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun. Di situ Ia tinggal empat puluh hari lamanya dan dicobai Iblis. Selama di situ Ia tidak makan apa-apa dan sesudah waktu itu Ia lapar.  Lalu berkatalah Iblis kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, suruhlah batu ini menjadi roti."  Jawab Yesus kepadanya: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja."  Kemudian ia membawa Yesus ke suatu tempat yang tinggi dan dalam sekejap mata ia memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia.  Kata Iblis kepada-Nya: "Segala kuasa itu serta kemuliaannya akan kuberikan kepada-Mu, sebab semuanya itu telah diserahkan kepadaku dan aku memberikannya kepada siapa saja yang kukehendaki.  Jadi jikalau Engkau menyembah aku, seluruhnya itu akan menjadi milik-Mu."  Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"  Kemudian ia membawa Yesus ke Yerusalem dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu dari sini ke bawah,  sebab ada tertulis: Mengenai Engkau, Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya untuk melindungi Engkau,  dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu."  Yesus menjawabnya, kata-Nya: "Ada firman: Jangan engkau mencobai Tuhan, Allahmu!"  Sesudah Iblis mengakhiri semua pencobaan itu, ia mundur dari pada-Nya dan menunggu waktu yang baik.

(Lukas 4:1-13)

 

PENDAHULUAN

Selama hidupnya, orang Kristen pasti mengalami atau menghadapi kesukaran, kepahitan, pergumulan, atau, seperti yang dikatakan Rasul Yakobus, berbagai-bagai pencobaan. Namun tidak sedikit orang yang beranggapan bahwa kalau kita menjadi orang Kristen yang sungguh-sungguh, maka Tuhan akan menolong dan memberkati kita dalam segala hal, dalam kesehatan, keuangan, pekerjaan, studi dsb, sehingga jalan hidup kita menjadi mulus dan enak. Jangan sesat! Tidak pernah disebutkan demikian di dalam Alkitab. Jadi, kalau dalam hidup seseorang relatif tidak ada kesukaran, maka besar kemungkinannya orang tersebut bukan anak Allah. Atau, mungkin sekali orang tersebut adalah anak Allah yang hidup berkompromi dengan dunia.

Kata ‘pencobaan’ dalam Alkitab mempunyai arti: (1) Sesuatu yang bertujuan untuk menjatuhkan kita, ini datang dari Iblis, misalnya pencobaan terhadap Yesus di padang gurun (Nas ini), atau datang dari keinginan sendiri (Yak. 1:14). (2) Sesuatu yang bertujuan untuk menyucikan, memurnikan, mengangkat, dan menguatkan kita, ini datang dari Tuhan, dan biasanya atau lebih tepat disebut ‘ujian’. (3) Gabungan dari 1 dan 2, misalnya apa yang menimpa Ayub.

 

KONDISI YESUS SAAT DICOBAI IBLIS

Yesus baru kembali dari Sungai Yordan, tempat Ia dibaptis dan diakui oleh suara dari langit sebagai Anak yang dikasihi Allah, dan Roh Kudus membawa-Nya ke padang gurun (ay. 1). Di padang gurun yang kering dan panas itulah selama empat puluh hari, Yesus tidak makan apa-apa. Puasa seperti ini adalah puasa yang ajaib dan menakjubkan sama seperti puasa yang pernah dilakukan oleh Musa dan Elia. Kemungkinan, pada saat berpuasa itu Yesus sedang berada di padang gurun Horeb, tempat yang juga digunakan oleh Musa dan Elia untuk berpuasa. Selama berpuasa empat puluh hari di padang gurun itulah Yesus dicobai Iblis (ay. 2).

Tampak dengan jelas bahwa Yesus dicobai Iblis saat Ia penuh dengan Roh Kudus (ay. 1) – pencobaan sering datang justru saat kita mencapai titik spiritual yang tinggi, yaitu saat sedang penuh dengan Roh Kudus, sebagaimana yang dialami Yesus. Pencobaan dilancarkan Iblis kepada Yesus saat keadaan fisik-Nya lemah (ay. 2) karena berpuasa – pencobaan sering datang manakala keadaan kita lemah secara fisik dan emosional. Saat Yesus sendirian di padang gurun, Iblis mengambil kesempatan untuk mencobai-Nya – kita paling rentan terhadap pencobaan manakala kita sendirian. Tiga kali Iblis mencobai Yesus dalam kondisi seperti ini juga merupakan gambaran dari tiga pencobaan besar dalam hidup kita.

 

PENCOBAAN UNTUK “MELAKUKAN SENDIRI” 

Iblis berkata: Jika Engkau Anak Allah, suruhlah batu ini menjadi roti” (ay. 3). Kita jangan sampai disesatkan oleh pemahaman yang salah tentang pernyataan si Iblis ketika dia berkata, “Jika Engkau Anak Allah”.  Pernyataan ini bukanlah asumsi atau praduga melainkan penegasan. Secara harfiah ini berarti “karena Engkau adalah Anak Allah” atau “berdasarkan kenyataan bahwa Engkau adalah Anak Allah.” Pencobaan pertama ini bukanlah pencobaan seandainya Yesus bukan Anak Allah. Iblis benar-benar menyadari bahwa Allah itu ada dan strategi dasarnya adalah untuk menjadikan kita yakin bahwa Allah tidak dapat dipercaya. Dengan cara ini juga Iblis mencobai Adam dan Hawa (Kej. 3:5).

Godaan si Iblis ini terdengar begitu polosnya – “suruhlah batu ini menjadi roti” – apa susahnya? Engkau adalah Anak Allah – suruhlah! Tidak ada hukum yang melarang tindakan mengubah batu menjadi roti. Itu tidak merugikan siapapun. Apalagi Yesus tidak makan apa-apa empat puluh hari lamanya. Karena Yesus adalah Anak Allah, tentu saja Dia dapat mengeluarkan kuasa supernatural-Nya. Memang godaannya begitu riil. Iblis mengisyaratkan kepada Yesus bahwa mestilah ada yang salah dengan kasih Bapa karena “Anak yang dikasihi-Nya” lapar. Iblis mencobai Yesus untuk tidak mematuhi kehendak Bapa dengan menggunakan kuasa ilahi-Nya demi kepentingan-Nya sendiri.

Kata kunci dalam jawaban Yesus adalah “ada tertulis” (ay. 4). Yesus tidak membiarkan situasi atau keadaan atau bahkan musuh mendikte kebenaran bahwa hidup manusia bukan hanya soal makanan. Ada yang jauh lebih penting bagi hidup manusia, yaitu Firman Allah. Dalam jawaban-Nya, Yesus mau mengatakan “Aku tidak akan mengeluh. Aku juga tidak akan mengatasi masalah dengan kemampuan-Ku sendiri. Aku akan percaya kepada Bapa dan Firman-Nya”.

Dalam hidup kita, Iblis bukan mencobai kita untuk mengubah batu menjadi roti. Tetapi pencobaan yang gencar dilakukannya kepada kita adalah agar kita “melakukan sendiri”,  tanpa mempercayai Tuhan dan hanya percaya kepada kemampuan kita sendiri.

 

PENCOBAAN UNTUK “MENGAMBIL CARA MUDAH”

Iblis tidaklah mengada-ada ketika ia berjanji kepada Yesus, “semuanya itu telah diserahkan kepadaku dan aku memberikannya kepada siapa saja yang kukehendaki” (ay .6). Iblis menawarkan kepada Yesus kerajaan tanpa salib. Yang mau disampaikan si Iblis adalah mengapa harus mengalami kesusahan dan penderitaan untuk meraih dunia bila itu bisa diserahkan kepada-Mu di atas talam perak. Tidak ada kesusahan, tidak ada penderitaan, tidak ada hinaan, tidak ada pengorbanan, cukup dengan menyembahku. Kata kunci jawaban Yesus untuk pencobaan yang kedua ini juga “ada tertulis”  bahwa hanya kepada Tuhan Allah saja kita menyembah (ay. 8).

Perlu kita ketahui bahwa mahkota tanpa salib akan berarti bahwa tidak akan ada pengampunan atas dosa-dosa kita. Dunia mengajarkan kepada kita untuk menghindari penderitaan, kesusahan, kesulitan, pengorbanan, dan kerja keras. Jadi, pencobaan Iblis dalam hidup kita dan yang ditawarkan dunia kepada kita, adalah “mengambil cara mudah, cepat, instan” dalam hal apapun. Ini jelas bertentangan dengan ajaran Alkitab. Bandingkan, misalnya, dengan apa yang diajarkan Yesus dalam Matius 7:13-14, dimana jalan orang yang mengikut Kristus tidak digambarkan dengan jalan yang lebar, tetapi justru dengan jalan yang sempit, yang dengan jelas menggam­barkan jalan yang penuh dengan kesukaran.


PENCOBAAN UNTUK “TIDAK PERCAYA SEBELUM MELIHAT 

Setelah Yesus mengalahkan Iblis sampai dua kali dengan mengutip Kitab Suci, sekarang Iblis sendiri yang mengutip apa yang tertulis dalam Kitab Suci, yaitu Mazmur  91:11-12: “sebab malaikat-malaikat-Nya akan diperintahkan-Nya kepadamu untuk menjaga engkau di segala jalanmu. Mereka akan menatang engkau di atas tangannya, supaya kakimu jangan terantuk kepada batu” (ay. 9-11). Dalam hal ini sebenarnya Iblis tahu bahwa janji Tuhan yang ia kutip itu digenapi manakala itu terjadi, bukan saat itu kita lakukan sendiri. Yang diinginkan Iblis adalah agar kita mendesak Tuhan untuk “menunjukkan” bahwa Ia mengasihi kita. Ini sama artinya dengan berkata kepada Tuhan – “Aku akan percaya kepadaMu setelah Engkau membuktikannya kepadaku dengan ketentuan-ketentuanku sendiri”. Ini jelas mencobai Tuhan. Jawaban tegas Yesus untuk pencobaan ketiga dari Iblis ini adalah “Ada firman: Jangan engkau mencobai Tuhan, Allahmu!” .

Iblis tidak jarang menggoda kita untuk “tidak percaya sebelum melihat” tindakan atau karya Tuhan dalam hidup kita. Ini sama artinya dengan kita mencobai Tuhan. Banyak cara subtil kita bisa mencobai Tuhan. Kita melakukannya ketika kita memilih jalan kita sendiri dan berseru kepada Tuhan untuk mengeluarkan kita dari jalan sesat yang kita pilih itu. Itu kita lakukan ketika kita bermain-main di batas dosa yang sudah kita ketahui, lalu kita jatuh. Kemudian kita menyalahkan Tuhan. Ini terjadi karena kita mencobai Tuhan.

 

REFLEKSI

Tujuan utama Iblis dalam ketiga pencobaan yang dilancarkannya kepada Yesus adalah untuk menjauhkan Yesus dari misi-Nya dan untuk merusak hubungan-Nya dengan Bapa-Nya. Tetapi ketiga serangan pencobaan Iblis semuanya dipatahkan Yesus  dengan Firman Allah yang adalah Pedang Bermata Dua. Setelah tiga kali Iblis gagal mencobai Yesus, jangan kita abaikan kebenaran yang diberikan dalam ay. 13: “Sesudah Iblis mengakhiri semua pencobaan itu, ia mundur dari pada-Nya dan menunggu waktu yang baik”. Untuk inilah kita perlu mencamkan kearifan berikut: “Disaat kamu lemah, perkirakan serangan besar musuh. Disaat kamu bertahan, bersiaplah untuk pendekatan berbeda dari musuh. Disaat musuh pergi, perhitungkanlah serangan lainnya”.

Comments

Popular posts from this blog

Bersukacita dalam Penderitaan

Jadilah Cerminan Kasih Tuhan

Sehati Sepikir dalam Satu Kasih