Menjaga Hati

MENJAGA HATI DENGAN SEGALA KEWASPADAAN

Amsal 4:20-27

 

Oleh: Pnt. Drs. Beltasar Pakpahan

 

20  Hai anakku, perhatikanlah perkataanku, arahkanlah telingamu kepada ucapanku;

21  janganlah semuanya itu menjauh dari matamu, simpanlah itu di lubuk hatimu.

22  Karena itulah yang menjadi kehidupan bagi mereka yang mendapatkannya dan kesembuhan bagi seluruh tubuh mereka.

23  Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.

24  Buanglah mulut serong dari padamu dan jauhkanlah bibir yang dolak-dalik dari padamu.

25  Biarlah matamu memandang terus ke depan dan tatapan matamu tetap ke muka.

26  Tempuhlah jalan yang rata dan hendaklah tetap segala jalanmu.

27  Janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, jauhkanlah kakimu dari kejahatan.

 

Pengantar

Dalam kehidupan ini kita sering diperhadapkan pada berbagai pilihan dan keputusan. Terkadang kita bingung dalam memilih atau memutuskan jalan mana yang harus ditempuh. Konflik antara keinginan, kenyamanan dan kebebasan hidup menjadi suatu hal yang tidak mudah dilalui. Semua orang Kristen ingin hidupnya lurus dan benar agar bisa mencapai tujuan akhir yang diinginkan. Tetapi berbagai pengajaran yang tidak sehat bahkan menyesatkan yang ada di dunia ini bisa setiap saat membuat perjalanan hidup kita menyimpang ke kanan atau ke kiri, berbelok, bengkok dan serong. Berbagai ‘penyakit’ dunia bisa meracuni kita dan mengalihkan kita dari jalan yang lurus dan terang menuju kesesatan dan kegelapan.

Lalu bagaimana caranya agar dalam menempuh perjalanan hidup ini kita bisa tetap bertahan untuk terus lurus dan tidak menjadi serong ke kiri atau ke kanan? Bagaimana agar jalan hidup kita bisa tetap dalam koridor yang benar, lurus dan tidak tersesat meski berbagai kekuatan dunia senantiasa berusaha untuk menyesatkan kita? Di sinilah kita perlu senantiasa meminta petunjuk dan hikmat padaNya melalui firmanNya dan dengan cara selalu berseru kepada kepadaNya, maka Dia akan menjawab dan meluruskan jalan kita.


Nasehat Supaya Berjalan di Jalan Yang Benar

Nas yang ditulis oleh Salomo ini menceritakan tentang Ayah yang berpesan kepada anak-anaknya agar memperhatikan nasehat dan ajarannya. Sang ayah menasehati anak-anaknya untuk menjaga hati yang bersih dan berjalan dalam kejujuran. Pesannya ini ia jelaskan dengan menggunakan gambaran berbagai organ tubuh, yaitu telinga (ay. 20), mata (ay. 21, 25), hati (21, 23), tubuh (ay. 22), mulut dan bibir (ay. 24), dan kaki (ay. 26, 27). Ini menunjukkan bahwa respon terhadap pesan ini memerlukan keterlibatan diri sepenuhnya, agar supaya ajaran atau nasehat yang diterima diwujudnyatakan dalam kehidupan. 

Tujuan utama dari semua nasehat dan ajaran sang Ayah dalam nas ini adalah agar supaya anak-anaknya menempuh jalan yang rata atau lurus dan tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri (ay. 26, 27). Istilah ‘jalan’ menggambarkan sikap hidup dan tingkah laku seseorang. Orang yang berhikmat disamakan dengan orang yang berjalan di jalan yang lurus atau jalan yang benar, yang akan menghindarkan dirinya dari berbagai masalah. Jalan hidup orang benar digambarkan seperti cahaya fajar yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari, yaitu puncaknya terang, karena berjalan dengan hikmat yang dari Tuhan, yaitu firman Tuhan.

 

Yang Perlu Dilakukan Agar Tetap Berjalan di Jalan Yang Benar

Dalam menjalani hidup ini, Tuhan menginginkan kita terus belajar dan berpedoman kepada ‘terang’ yang sesungguhnya yaitu Yesus Kristus. Hal ini Dia tegaskan dengan berkata,  “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup” (Yoh. 8:12). Untuk itu, supaya kita tetap berjalan di jalan yang benar, dan terang kita semakin terang, nas ini menasehatkan dan mengajarkan bahwa yang harus kita lakukan adalah:

 

1. Mengarahkan Telinga (ay. 20-22)

Kita harus mengarahkan telinga kita kepada hal-hal yang baik, yang membangun dan kepada firman Tuhan yang mengarahkan dan menuntun kita ke jalan kebenaran. Tuhan meciptakan 2 telinga dan 1 mulut bagi manusia; tujuannya adalah supaya kita lebih banyak mendengar daripada berkata-kata, sebab “di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi” (Ams. 10:19). Maka dari itu firman Tuhan menasihatkan, “setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata....” (Yak. 1:19). Tuhan menghendaki kita banyak mendengar, terutama dalam hal mendengarkan firman Tuhan, sebab “...iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus” (Roma 10:17).

 

2. Menjaga Hati (ay. 23)

Hati adalah pusat dari setiap hal yang kita rasakan, karena dari hati kita bisa merasakan suka dan duka, kekecewaan, kebimbangan bahkan juga dapat merasakan sakit. Oleh karena itu sangat perlu menjaga hati terutama dari segala kepentingan duniawi, supaya hati kita tetap dikuasai oleh cinta kasih Tuhan. Lukas menasehatkan hal yang sama, “Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan- kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat” (Luk. 21:34). Cara menjaga hati juga dapat dilakukan dengan selalu memiliki hati yang bersyukur kepada Tuhan.

Firman Tuhan merupakan salah satu cara supaya hati tetap dikuatkan dari setiap kebimbangan, karena di dalam firman Tuhan ada janji yang dapat menguatkan iman kita. Tuhan rindu supaya kita boleh memiliki hati yang bersih serta murni di hadapanNya. Jadi jangan pernah mengizinkan hati kita dikuasai oleh hal-hal yang negatif. Jangan biarkan dosa menguasai hati kita, buanglah segala kebencian dan dendam, sebaliknya isilah hati kita dengan kasih Tuhan.

 

3. Menjaga Mulut (ay. 24)

Amsal mengingatkan bahwa “mulut” bisa memberikan dampak yang sangat besar dalam kehidupan kita. Ini dinyatakan dengan jelas dalam Amsal 13:3 – “Siapa menjaga mulutnya, memelihara nyawanya, siapa yang lebar bibir, akan ditimpa kebinasaan”. Mulut perlu dijaga untuk menciptakan keadaan dan situasi yang aman tentram. Mulut dijaga supaya apa yang dikatakan mendatangkan kebaikan, syalom, sukacita dan ketenangan. Sejalan dengan hal ini, Paulus juga menegaskan “Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang” (Kol. 4:6).

 

4. Mengarahkan Pandangan ke Depan (ay. 25-27)

Janganlah kita menjalani hidup sambil mengingat-ingat peristiwa masa lampau yang bisa mengganggu masa depan kita. Orang yang mau berjalan maju tetapi masih saja ‘bernostalgia’ dengan kesuksesan atau kegagalannya dimasa lalu, ia akan menjadi ‘tiang garam’, sama seperti isteri Lot. Ia akan mengalami kegagalan, dalam artian tidak akan memperoleh kebahagiaan. Sebaliknya, kita hendaklah tetap mengarahkan mata ke depan jangan terpengaruh oleh godaan-godaan di kanan dan kiri jalan tetapi terus fokus ke depan.

Orang percaya berpegang pada hikmat dan berjalan menurut pimpinan firman Tuhan. FirmanNya menjadi pelita, sumber sukacita dan penghiburan yang menerangi jalan mereka. Mereka meneladani Terang, setia menjadi terang bagi setiap orang yang dijumpai. Dengan begitu, mereka menyingkirkan kegelapan. Terang bertambah, anugerah pun semakin bertumbuh. Semakin kuat mereka menjaga kekudusan, sukacita, dan kehormatan rohani, semakin deras hidup mereka mengalirkan kemurnian hati, kasih, kebenaran, keadilan dan kejujuran.

 

Refleksi

Hidup itu ibarat perjalanan. Perjalanan yang panjang dimana sepanjang perjalanan itu kita akan menemui berbagai-bagai realitas kehidupan – ada lubang, ada tanjakan, ada turunan, dan terkadang kita harus terjerembab karena terantuk di batu – namun perjalanan ini harus diteruskan bukan dihentikan, karena kita punya tujuan dari perjalanan itu. Dan perjalanan itu bisa saja terasa berat dan tidak mudah, karena mungkin tidak seperti yang kita bayangkan atau harapkan.

Dalam hidup ini ada banyak tawaran, godaan, dan cobaan tetapi arahnya menuju ke jalan yang salah atau sesat. Ini jelas merupakan tantangan iman bagi kita orang Kristen. Sebagai pengikut Kristus yang setia, kita pasti memilih satu jalan yang benar yaitu jalan Tuhan. Memilih jalan Tuhan berarti menjadikan firman Tuhan sebagai penerang seluruh perjalanan hidup kita dan tingkah laku di jalan hidup yang kita tempuh (Maz. 119:105), sehingga hidup kita dituntun untuk menikmati kebahagiaan dan berkatNya.

Comments

Popular posts from this blog

Bersukacita dalam Penderitaan

Jadilah Cerminan Kasih Tuhan

Sehati Sepikir dalam Satu Kasih