Pengharapan Yang Salah

PENGHARAPAN YANG SALAH

Amos 5:18-20

 

Oleh: Pnt. Drs. Beltasar Pakpahan

 

18  Celakalah orang-orang yang menanti-nantikan hari Tuhan! Apakah artinya hal itu bagimu? Hari Tuhan adalah kekelaman, bukan terang!

19  Sama seperti seorang menyelamatkan diri dari seekor singa, lalu seekor beruang mendatanginya; atau sewaktu ia pulang ke rumah dan menyandarkan tangannya ke dinding, kemudian seekor ular menggigitnya.

20  Bukankah hari Tuhan akan menjadi kegelapan, dan bukan terang, bahkan sangat gelap, dan tidak ada sedikit pun terang di dalamnya?

 

Pengantar

Setiap orang pasti pernah berharap atau berpengharapan. Namun, setiap orang juga pernah mengalami pengharapannya tidak terwujud atau kandas di tengah jalan. Beragam faktor yang bisa menjadi penyebabnya. Dua faktor utama dalam hal ini adalah memiliki pengharapan yang salah atau berharap pada yang benar dengan cara yang salah.

Bangsa Israel, dalam nas ini, melakukan kesalahan di atas. Mereka menganggap Tuhan sebagai pembela padahal Tuhan sedang memurkai mereka. Mereka mengharapkan kedatangan Tuhan dengan segera dan meyakini bahwa semua akan menjadi baik-baik saja. Ternyata yang akan terjadi pada mereka justru kebalikannya. Tuhan memang datang dengan segera, tetapi justru untuk menjatuhkan hukuman atas mereka.

Itu terjadi karena kondisi kehidupan bangsa Israel dan Yehuda secara rohani tidaklah baik dalam konteks kitab nabi Amos ini. Mereka hidup dalam dosa-dosa yang biasa mereka lakukan seperti yang disebutkan secara rinci dan jelas dalam Amos 2. Intinya hidup mereka bukanlah hidup yang benar, walau mungkin secara agamawi, mereka tetap melaksanakan kegiatan ibadah mereka, misalnya mempersembahkan kurban. Oleh karena itu, banyak orang Israel dan Yehuda yang merasa bahwa gaya hidup mereka sudah benar dan tidak ada yang salah dengan kehidupan mereka.

 

Hari Tuhan

Jika kita berbicara tentang Hari Tuhan, dalam konteks akhir zaman, berarti kita sedang berbicara tentang waktu atau saat dimana Tuhan Yesus datang kembali ke dunia ini dalam kemuliaan-Nya. Namun khususnya di dalam Perjanjian lama, frasa “Hari Tuhan” sebenarnya lebih ditujukan kepada saat dimana Tuhan akan melaksanakan keputusanNya untuk menghukum bangsa Israel dan bangsa Yehuda terkait dengan kejahatan mereka di hadapan Tuhan. Namun demikian, secara profetik, Hari Tuhan yang disebutkan dalam Perjanjian Lama juga dapat merujuk kepada Hari Tuhan yang akan datang, yaitu ketika Tuhan akan datang lagi untuk yang kedua kalinya.

Hari Tuhan adalah hari yang baik bagi mereka yang hidup sungguh-sungguh di hadapan Tuhan. Akan tetapi, bagi orang-orang yang tidak sungguh-sungguh hidup benar di hadapan Tuhan, maka bagi mereka, hari Tuhan sesungguhnya bukanlah hari yang penuh dengan sukacita dan terang, melainkan hari yang penuh dengan kegelapan yang oleh Amos diibaratkan dengan datangnya hewan-hewan buas seperti singa, beruang, dan ular yang akan menyerang manusia. Ini adalah gambaran yang tepat sekali tentang Hari Tuhan yang akan datang kepada orang-orang berdosa yang hidup di luar Tuhan. Hari Tuhan akan datang seperti bencana yang tiba-tiba dan sangat menakutkan.

 

Konsep Yang Salah Tentang Hari Tuhan

Ide tentang kedatangan Tuhan sudah disinggung di akhir ayat 17, dimana ketika Tuhan berjalan di tengah-tengah umat-Nya, yang akan terjadi adalah ratapan. Dia datang untuk menjatuhkan hukuman atas ketidaktaatan. Nas ini melanjutkan ide tersebut secara lebih spesifik dan detil. Kedatangan Tuhan yang dimaksud dalam ayat 17 ternyata bukan kedatangan biasa, karena Amos sedang membicarakan tentang kedatangan Tuhan pada momen yang khusus yang disebut Hari Tuhan.

Walaupun sama-sama menggunakan istilah “Hari Tuhan” dan meyakini kedatangan Tuhan yang segera, Amos dan bangsa Israel ternyata memiliki pemahaman yang berbeda tentang hari itu. Walaupun sama-sama mengharapkan kedatangan hari itu, keduanya memiliki pengharapan dan respon yang berbeda. Bagi Amos, Hari Tuhan berarti hari kekalahan, sedangkan bagi bangsa Israel, hari itu merupakan hari kemenangan.

Amos menegur konsep teologis yang keliru dan pengharapan yang palsu ini. Tindakan bangsa Israel yang menginginkan Hari Tuhan merupakan sebuah kesalahan besar. Hari itu justru merupakan momen celaka (ay. 18a), bukan bahagia. Tuhan memang akan datang dengan segala kemuliaan-Nya yang bersinar, tetapi bagi bangsa Israel hari itu justru merupakan kekelaman atau kegelapan, bukan terang (ay. 18 dan 20).

 

Pengharapan Palsu Israel Tentang Hari Tuhan

Berbagai ancaman hukuman yang sudah dinubuatkan Amos sejak pasal 1 tidak terlalu dihiraukan bangsa Israel. Hukuman berupa kekalahan perang sukar dimengerti oleh bangsa Israel. Bagaimana mungkin Tuhan membiarkan umat-Nya dikalahkan oleh lawan-lawan mereka yang adalah orang-orang kafir? Bangsa Israel merasa diri mereka aman-aman saja.

Dalam situasi seperti ini, Amos menekankan dua aspek dari kedatangan Hari Tuhan: kepastian dan kejutan. Kepastian, karena Allah yang kudus dan adil pasti akan menjatuhkan hukuman atas pelanggaran. Kejutan, karena bangsa Israel tidak akan menyangka bahwa yang akan diperangi dan dihukum oleh Tuhan adalah mereka sendiri.

Dua poin di atas diterangkan melalui metafora serangan binatang-binatang buas (ay. 19). Baik singa, beruang maupun ular merupakan predator yang ganas dan kuat. Melarikan diri dari singa jelas sukar dilakukan, dan kalaupun hal itu berhasil dilakukan, bahaya lain (beruang) sudah siap menghadang. Bahkan ketika seseorang sudah sampai di rumah dan beristirahat sejenak – “menyandarkan tangannya ke dinding,” – ular sudah siap memagutnya. Orang itu pasti akan terkejut karena mengira dia sudah aman berada di rumahnya sendiri.

Dari kesalahan bangsa Israel tersebut kita belajar bahwa teologi yang benar sangat dibutuhkan supaya tidak terjadi kekecewaan. Teologi yang keliru memang seringkali memberikan pengharapan yang palsu.

 

Refleksi

Melalui nas ini kita belajar tentang hal yang sangat dibutuhkan oleh umat Tuhan dan juga kita orang-orang percaya, yaitu teologi yang benar tentang “Hari Tuhan”. Apa yang kita harapkan dan percayai haruslah tepat dan konsep pengharapan dan kepercayaan kita juga haruslah benar.

Bagi anak-anak Tuhan atau orang-orang percaya, Hari Tuhan adalah suatu hari yang sangat istimewa, karena pada hari itu kita akan dapat melihat Tuhan dan bertemu muka dengan muka dengan-Nya. Akan tetapi, bagi orang fasik dan orang yang hidup dalam dosa, Hari Tuhan itu sebenarnya adalah suatu ketakutan, kegentaran dan hari yang penuh dengan kegelapan. Artinya, hanya orang yang hidup di dalam Kristus dan orang yang yakin akan keselamatannya saja yang menyongsong kiamat dengan sukacita, sedangkan yang lainnya akan  ketakutan dan pasti belum siap menghadapi kiamat tersebut.

Oleh karena itu, selagi belum terlambat, hiduplah dengan benar di hadapan Tuhan dan terimalah Yesus Kristus sebagai Juruselamat kita, agar Hari Tuhan yang datang pada kita bukanlah hari yang penuh dengan kegelapan, melainkan hari yang penuh dengan sukacita, karena kita akan bertemu muka dengan muka dengan Tuhan kita.

Comments

Popular posts from this blog

Bersukacita dalam Penderitaan

Jadilah Cerminan Kasih Tuhan

Sehati Sepikir dalam Satu Kasih