Beribadah kepada Tuhan dengan Tulus Ikhlas dan Setia

BERIBADAH KEPADA TUHAN DENGAN TULUS IKHLAS DAN SETIA

Yosua 24: 14-24

 

Oleh: Pnt. Drs. Beltasar Pakpahan

 

14  “Oleh sebab itu, takutlah akan TUHAN dan beribadahlah kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan setia. Jauhkanlah allah yang kepadanya nenek moyangmu telah beribadah di seberang sungai Efrat dan di Mesir, dan beribadahlah kepada TUHAN.

15  Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!”

16  Lalu bangsa itu menjawab: “Jauhlah dari pada kami meninggalkan TUHAN untuk beribadah kepada allah lain!

17  Sebab TUHAN, Allah kita, Dialah yang telah menuntun kita dan nenek moyang kita dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan, dan yang telah melakukan tanda-tanda mujizat yang besar ini di depan mata kita sendiri, dan yang telah melindungi kita sepanjang jalan yang kita tempuh, dan di antara semua bangsa yang kita lalui,

18  TUHAN menghalau semua bangsa dan orang Amori, penduduk negeri ini, dari depan kita. Kamipun akan beribadah kepada TUHAN, sebab Dialah Allah kita.”

19  Tetapi Yosua berkata kepada bangsa itu: “Tidaklah kamu sanggup beribadah kepada TUHAN, sebab Dialah Allah yang kudus, Dialah Allah yang cemburu. Ia tidak akan mengampuni kesalahan dan dosamu.

20  Apabila kamu meninggalkan TUHAN dan beribadah kepada allah asing, maka Ia akan berbalik dari padamu dan melakukan yang tidak baik kepada kamu serta membinasakan kamu, setelah Ia melakukan yang baik kepada kamu dahulu.”

21  Tetapi bangsa itu berkata kepada Yosua: “Tidak, hanya kepada TUHAN saja kami akan beribadah.”

22  Kemudian berkatalah Yosua kepada bangsa itu: “Kamulah saksi terhadap kamu sendiri, bahwa kamu telah memilih TUHAN untuk beribadah kepada-Nya." Jawab mereka: "Kamilah saksi!”

23  Ia berkata: “Maka sekarang, jauhkanlah allah asing yang ada di tengah-tengah kamu dan condongkanlah hatimu kepada TUHAN, Allah Israel.”

24  Lalu jawab bangsa itu kepada Yosua: “Kepada TUHAN, Allah kita, kami akan beribadah, dan firman-Nya akan kami dengarkan.”

(Yosua 24:14-24)

 

PENDAHULUAN

Ada dua alasan atau motivasi utama orang untuk memilih, yaitu karena atau supaya. Dalam memilih pasangan hidup misalnya, orang memilih pasangannya  supaya mendapatkan kebahagiaan, supaya tidak hidup sendiri, supaya memperoleh keturunan; atau karena dia mencintaiku, karena dia baik kepadaku, dll. Motivasi “supaya” menjadi alasan untuk memilih karena ada ekspektasi/harapan yang akan diperoleh dari pemilihan tersebut. Sedangkan motivasi “karena” menjadi dasar untuk memilih manakala ada sesuatu yang telah terjadi yang membuat orang memilih pilihan yang dipilihnya.

Demikian juga halnya dalam memilih untuk beribadah kepada Tuhan. Ada berbagai motivasi yang menjadi alasan orang untuk menjatuhkan pilihan dalam hal ini. Yang menjadi pertanyaan adalah: apakah motivasi kita lebih banyak diwarnai “karena” ataukah “supaya”?

 

YOSUA MEMPERBAHARUI PERJANJIAN ISRAEL DENGAN TUHAN

Di akhir masa pelayanannya, Yosua menyadari usianya sudah lanjut, dan karenanya sangat penting baginya mengingatkan kembali umat Israel atas segala kebaikan Tuhan bagi mereka. Ia juga perlu menjelaskan bahwa Allah memilih Israel, yang nenek moyangnya dahulu menyembah allah lain, karena kasih-Nya semata (Yos. 24:2-13).  Maka Yosua melakukan pembaharuan perjanjian di Sikhem. Sikhem adalah tempat pertama kali Tuhan menjanjikan tanah kanaan kepada Abram dan Abram mendirikan mezbah bagi Tuhan di sana (Kejadian 12:6-7). Yosua meminta bangsa Israel untuk memperbaharui perjanjian mereka dengan Allah.

Setelah menjelaskan karya Allah akan pemanggilan Israel, Yosua meminta mereka untuk memilih beribadah kepada Allah atau kepada allah lain. Yosua kemudian mengatakan kepada bangsa itu bahwa perjanjian mereka dengan Allah bukanlah paksaan, dan mereka bebas keluar dari perjanjian yang lama. Mereka boleh memilih untuk tidak beribadah kepada Allah, namun Yosua dengan tegas menyatakan bahwa ia dan seisi rumahnya akan tetap beribadah kepada Allah (ay. 15).

 

MOTIVASI BANGSA ISRAEL UNTUK MEMILIH BERIBADAH KEPADA ALLAH

Yosua kemudian mempersilahkan bangsa Israel untuk memilih: apakah mereka beribadah kepada allah nenek moyang mereka (sebelum Abraham), kepada allah orang Amori yang dulunya mendiami tanah Kanaan, atau kepada TUHAN sebagaimana dipilih Yosua dengan tegas (ay. 15).  Bangsa itu kemudian menyatakan bahwa mereka tetap memilih untuk beribadah kepada Allah (ay. 16-18) dengan alasan/motivasi karena Allah:

Ø  telah menuntun kita dan nenek moyang kita dari tanah Mesir;

Ø  telah melakukan tanda-tanda mujizat yang besar;

Ø  telah melindungi kita sepanjang jalan yang kita tempuh;

Ø  (telah) menghalau semua bangsa dan penduduk negeri Kanaan.

Empat kali bangsa Israel menyatakan “telah”, yang berarti mereka memilih untuk beribadah kepada Allah “karena” tindakan dan perbuatan Allah.

Anehnya Yosua bukannya menyambut baik atau memuji pernyataan umat Israel dalam menanggapi seruannya, tetapi justru berkata, “Tidaklah kamu sanggup beribadah kepada Tuhan…” (ay. 19). Respon yang sepertinya mematahkan semangat dan komitmen bangsa Israel. Namun bukanlah seperti itu maksud Yosua, seperti yang tampak dalam ayat-ayat selanjutnya. Ia sama sekali tidak bermaksud mengecilkan komitmen bangsanya, Yosua justru menantang mereka untuk menjadi saksi atas keputusan mereka sendiri. Dengan kata lain, Yosua mengingatkan bahwa tanggung jawab atas komitmen mereka ada pada diri mereka sendiri, bukan pada orang lain. Mengambil keputusan bukan karena mayoritas orang meneriakkan hal yang sama atau sekedar ikut-ikutan. Komitmen harus dibuat secara sadar dan mandiri oleh tiap-tiap orang, karena pertanggungjawabannya ada pada diri yang bersangkutan.

Yosua menggunakan dua kata kerja aktif yang saling berlawanan, yaitu “jauhkanlah” dan “condongkanlah” (ay. 23) untuk menindaklanjuti komitmen umat Israel. Artinya kalau memang mereka berkomitmen untuk beribadah kepada Allah, maka mereka harus menjauhi allah asing dan mencondongkan hati mereka kepada TUHAN, Allah. Hal ini menekankan bahwa tidak cukup hanya sebuah komitmen yang bagus namun minim usaha. Perlu ada usaha untuk merealisasikan apa yang menjadi komitmen kita. Apalah arti komitmen jika tidak ada perubahan hidup yang dihasilkan olehnya.

 

IBADAH YANG BERKENAN KEPADA TUHAN

Setelah bangsa Israel berkomitmen untuk memilih beribadah kepada Allah dan berikrar untuk menjadi saksi atas diri mereka sendiri maka komitmen mereka itu harus tercermin dalam bentuk ibadah yang berkenan kepada Tuhan. Bentuk ibadah yang berkenan kepada Tuhan adalah ibadah yang dengan tulus ikhlas dan setia dilakukan (ay. 14).

Ibadah yang dilakukan dengan tulus ikhlas menggambarkan bentuk kesungguhan dari dalam diri kita untuk datang kepada Tuhan. Bukan karena paksaan atau motif lainnya selain karena keinginan dan kerinduan kita untuk bersekutu dengan Tuhan yang selalu mengasihi kita. Kita datang kepada Tuhan karena kita mengenal Dia sebagai keselamatan kita. Yang sangat ditentang oleh Tuhan adalah ketika ibadah itu menjadi formalitas dan ajang untuk memuliakan diri dan bukan lagi untuk memuliakan Tuhan. Kemunafikan sangat berlawanan dengan ketulusan dan keikhlasan.

Ibadah yang berkenan kepada Tuhan juga adalah ibadah yang dilakukan dengan setia karena Dia adalah Allah yang cemburu yang tak ingin diduakan (ay. 19). Tuhan itu bukan penyelamat alternatif dan mengimani Tuhan bukanlah untuk uji coba. Iman kita kepada Tuhan harus dari totalitas kehidupan kita. Apa yang dikatakan Tuhan, itulah yang kita lakukan; dan apa yang dijanjikan Tuhan hanya itulah yang menjadi harapan kita.

Bagaimana kesungguhan kita datang beribadah kepada Tuhan akan tampak dan kelihatan dari sikap hidup kita. Begitu juga ketulusan, keikhlasan dan kesetiaan kita untuk beribadah kepada Tuhan semuanya akan terlihat juga dari perbuatan hidup kita. Hal ini juga sejalan dengan apa yang Paulus katakan dalam Roma 12:1.

 

REFLEKSI

Dapat dikatakan bahwa apa yang dilakukan oleh Yosua tidak lain adalah mengevaluasi iman bangsanya kepada Tuhan. Jadi penting bagi kita untuk terus mengevaluasi iman kita kepada Tuhan, karena kesibukan, rutinitas dan berbagai macam persoalan yang kita hadapi bisa menjadikan kita terlena akan dunia sehingga melupakan hubungan kita dengan Tuhan. Jika kita hendak meneliti secara mendalam tentang perjalanan kehidupan kita, maka tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mensyukuri segala perbuatan Tuhan yang besar bagi hidup kita. Maka adalah layak bagi kita menyembah dan memuliakan Tuhan selama hidup kita dalam bentuk ibadah yang tulus ikhlas dan setia kepada-Nya. Apakah kita sudah betul-betul merenungkan karya Allah dalam hidup kita dan memilih untuk beribadah dengan tulus ikhlas dan setia kepada-Nya KARENA Dia baik atau SUPAYA kita beruntung dan mendapatkan kehidupan yang lebih baik? Jika kita bisa bersyukur akan segala hal yang terjadi dalam kehidupan kita, tentu kita akan condong untuk mengatakan KARENA Allah baik, saya akan beribadah dengan tulus ikhlas dan setia kepada-Nya.


Comments

Popular posts from this blog

Bersukacita dalam Penderitaan

Jadilah Cerminan Kasih Tuhan

Sehati Sepikir dalam Satu Kasih