Hiduplah Sesuai Panggilan

HIDUPLAH SESUAI PANGGILAN

1 Petrus 4:7-11

 

Oleh: Pnt. Drs. Beltasar Pakpahan

 

7   Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa.

8  Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa.

9  Berilah tumpangan seorang akan yang lain dengan tidak bersungut-sungut.

10  Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah.

11  Jika ada orang yang berbicara, baiklah ia berbicara sebagai orang yang menyampaikan firman Allah; jika ada orang yang melayani, baiklah ia melakukannya dengan kekuatan yang dianugerahkan Allah, supaya Allah dimuliakan dalam segala sesuatu karena Yesus Kristus. Ialah yang empunya kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya! Amin.

(1 Petrus 4:7-11)

 

PENDAHULUAN

Petrus menulis suratnya yang pertama ini sebagai surat pengharapan yang penuh dengan sukacita. Yang menjadi tujuan dari penulisan surat ini adalah untuk memberikan kepada orang-orang Kristen pandangan yang ilahi tentang kehidupan manusia, dan untuk memberikan bimbingan praktis kepada mereka yang mengalami pergumulan, masalah kehidupan dan penderitaan berat sebagai orang Kristen di tengah-tengah masyarakat kafir. Petrus mau mengingatkan tentang bagaimana seharusnya pola pikir dan pola hidup umat Allah di tengah-tengah bangsa yang belum mengenal-Nya.

Surat ini ditulis Petrus kepada orang-orang Kristen pendatang di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia dengan dilatarbelakangi oleh dua persoalan penting yang sedang mereka alami. Orang-orang percaya mengalami tekanan berat dari luar (eksternal) berupa penganiayaan, penyiksaan, diburu bahkan dibunuh oleh pihak-pihak yang tidak senang atau tidak bertanggungjawab. Mereka juga mengalami tekanan dari dalam (internal), yaitu di tengah-tengah umat Kristen sendiri masih ada yang hidup dengan perilaku yang tidak berkenan di hadapan Allah. Kedua persoalan ini jugalah yang selalu dihadapi orang-orang percaya hingga saat ini.

 

MENGUASAI DIRI DAN TENANG

Menguasai diri itu sangatlah penting, karena jika kita tidak bisa menguasai diri maka hati kita akan terseret untuk mengikuti hal-hal yang tidak berguna. Ketika waktu kita terpakai untuk mengikuti hal-hal yang tidak berguna, maka kita tidak lagi memiliki waktu untuk berdoa. Pada hal di dalam doalah kita menemukan ketenangan yang sangat kita butuhkan. Di dalam doalah kita mendapatkan aliran damai sejahtera yang membuat kita tetap bersukacita dan mampu bertahan di hari-hari yang sukar ini.

Hanya orang yang menguasai diri yang dapat berdoa dengan baik, sehingga tahu petunjuk Tuhan. Karena itu, kuasailah diri supaya kita dapat tenang berdoa (ay. 7), sebab hanya dengan berdoalah kita tetap terjaga di hari-hari akhir ini. Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kita beroleh kekuatan sehingga kita luput dari dan tidak ikut terseret arus dunia yang menuju kebinasaan (bdk. Luk. 21:36).

 

MENGASIHI DENGAN SUNGGUH-SUNGGUH

Kasih adalah nilai hidup tertinggi seorang Kristen (1 Kor. 13:13), dan tanpa kasih kerohanian kita sudah mati. Kita orang-orang percaya harus saling mengasihi walau dunia semakin gelap dan sudah menjadi tawar dengan kasih. Mengasihi dengan sungguh-sungguh harus tetap menjadi yang terutama di dalam hidup kita, karena kasih menutupi banyak sekali dosa (ay. 8). Perlu kita ingat bahwa dahulu kita adalah musuh Allah dan tidak layak untuk dikasihi, tetapi kasih-Nya yang besar melayakkan kita menerima pengampunan yang sempurna di dalam Yesus Kristus.

Tuhan Yesus berkata, “kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (Mat. 5:44). Itu berarti kita harus belajar untuk mengasihi semua orang bahkan orang yang selalu menyakiti atau memusuhi kita. Melalui kasih kita dimampukan untuk hidup damai dengan semua orang di hari-hari yang jahat ini (bdk. 1 Kor. 13:1-13).

Salah satu wujud dari saling mengasihi adalah memberi tumpangan seorang akan yang lain (ay. 9). Ini bisa diartikan sebagai saling menyembuhkan dan saling menopang sesama orang-orang yang terluka, yang mengalami kepahitan hidup, yang sedang dalam masalah, dsb. Kalau kita mau menopang orang lain, hidup kita akan menjadi lebih berarti. Berilah maka kita akan diberi, kasihilah maka kita akan dikasihi, kuatkanlah maka kita akan dikuatkan, hiburkanlah maka kita akan dihiburkan.

 

HIDUP SESUAI PANGGILAN

Sesungguhnya semua manusia diciptakan untuk hidup demi kemuliaan Tuhan. Namun tidak sedikit di antaranya yang menggunakan talenta yang diberikan Tuhan kepadanya hanya untuk hidup bagi dirinya sendiri. Kita anak-anak Tuhan sudah diperlengkapi dan dibekali untuk melayani Tuhan sesuai dengan karunia rohani yang dianugerahkan-Nya kepada kita masing-masing (ay. 10-11). Melayani Tuhan dan sesama dengan menggunakan karunia yang ada pada kita akan menjadikan hidup kita bergairah, semangat dan mendatangkan kemuliaan bagi Tuhan.

Firman Tuhan yang kita baca, dengar, dan renungkan haruslah dilakukan. Firman itu juga perlu kita perkatakan kepada mereka yang lemah sehingga mereka bangkit dan menjadi kuat di dalam Tuhan, karena Firman yang kita perkatakan itu berkuasa untuk membangun (Kis. 20:32). Kita juga haruslah menggunakan waktu yang ada sebaik-baiknya, sebab hari-hari akhir ini adalah jahat (bdk. Ef. 5:16). Oleh sebab itu, orang-orang percaya hendaknya mewujudkan panggilannya dalam kehidupannya sehingga dunia melihat bahwa kita dapat mengendalikan diri sendiri, saling mengasihi, dan dengan tekun menerapkan karunia yang telah dianugerahkan kepada kita oleh Allah.

 

REFLEKSI

Hidup melayani Tuhan tanpa pengharapan dalam iman adalah hidup yang kurang bergairah. Dengan adanya pengharapan dalam iman ini, kita hidup dengan tujuan yang jelas yaitu pengharapan menantikan kedatangan Kristus yang kedua kali. Kesadaran atau pengharapan tentang kedatangan Tuhan Yesus kembali memang akan berdampak konkrit pada kehidupan dan pelayanan kita. Kerinduan berjumpa dengan Dia dalam keadaan layak mendorong kita untuk mengusahakan yang terbaik dalam segala hal.

Kita orang-orang Kristen sebagai pengikut Yesus tidak akan luput dari serangan dunia ini, karena dunia tidak mengenal dan memperlakukan kita sebagai anak-anak Allah. Serangan terhadap iman Kristen harus diterima dengan sukacita dan tidak malu, karena berfungsi sebagai penguji kemurnian iman kita kepada Kristus. Penindasan terhadap iman Kristen tidak seharusnya menyebabkan kehancuran, justru semakin menguatkan komitmennya kepada Tuhan. Mengisi waktu dengan bijak, melayani dengan penuh dedikasi dan kasih, tegar menghadapi tantangan iman, adalah nasihat yang perlu orang-orang Kristen hayati dan amalkan.

Comments

Popular posts from this blog

Bersukacita dalam Penderitaan

Jadilah Cerminan Kasih Tuhan

Sehati Sepikir dalam Satu Kasih