Kemahatahuan Allah

KEMAHATAHUAN ALLAH

Mazmur 139:1-6;13-18

 

Oleh: Pnt. Drs. Beltasar Pakpahan

 

1  Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud. TUHAN, Engkau menyelidiki dan mengenal aku;

2  Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh.

3  Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku Kaumaklumi.

4  Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya TUHAN.

5  Dari belakang dan dari depan Engkau mengurung aku, dan Engkau menaruh tangan-Mu ke atasku.

6  Terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi, tidak sanggup aku mencapainya.

……..

13  Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku.

14  Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.

15  Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah;

16  mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya.

17  Dan bagiku, betapa sulitnya pikiran-Mu, ya Allah! Betapa besar jumlahnya!

18  Jika aku mau menghitungnya, itu lebih banyak dari pada pasir. Apabila aku berhenti, masih saja aku bersama-sama Engkau.

(Maz. 139:1-6;13-18)

 

PENDAHULUAN

Sebagian besar penafsir berpendapat bahwa mazmur ini merupakan yang paling unggul dari keseluruhan mazmur Daud, karena merupakan perenungan yang sangat khidmat mengenai pengajaran tentang kemahatahuan Allah. Kemahatahuan, kemahahadiran dan kemahakuasaan Allah akan memenuhi hati kita disaat kita merenungkan atau menyanyikan mazmur ini dengan penghayatan penuh.

Daud tidak sekedar memahami bahwa Allah itu mahatahu, mahahadir dan mahakuasa. Ia menjadikan kebenaran dahsyat ini sebagai bagian konkrit dari pengalaman nyatanya dan juga menjadi landasan bagi doa-doanya. Hal ini tentunya karena dengan menyadari bahwa Allah itu mahatahu, mahahadir dan mahakuasa, akan dapat memberikan ketenangan pada kita saat kita menghadapi masalah.

 

ALLAH MAHAMENGETAHUI KITA

Dalam nas ini, Pemazmur mengajarkan kepada kita bahwa Allah memiliki pengetahuan yang sempurna tentang kita. Semua gerakan dan tindakan kita, baik manusia batiniah maupun lahiriah kita, telanjang dan terbuka seluruhnya di hadapan-Nya (ay. 1-3). Pemazmur memaparkan dan menyampaikan kebenaran ini kepada Allah, mengakuinya kepada Allah, dan memberikan kemuliaan kepada Allah atas pengajaran ini (ay. 1-5). Artinya kebenaran ilahi tampak nyata ketika kebenaran itu didoakan, yang sama nyatanya seperti ketika diberitakan. Ketika kita berbicara tentang Allah dengan mengatakannya langsung kepada-Nya, kita akan berusaha sebaik-baiknya untuk berbicara dengan ketulusan dan penghormatan yang tinggi, yang tentunya akan memberi kesan yang lebih mendalam.

Pemazmur memaparkan kemahatuan Allah dengan menerapkannya kepada dirinya sendiri dengan berkata, “Engkau menyelidiki dan mengenal Aku” (ay. 1). Di sini pemazmur mau mengatakan kepada Allah, ‘Engkau menyelami aku, menyelidiki aku, dan mengenaliku seutuhnya, seperti aku mengenal sesuatu yang aku selami secara mandalam. Engkau juga tahu dimanapun aku berada, apapun yang kupikirkan, apapun yang kulakukan, aku dan segala sesuatu yang kumiliki semuanya Engkau tahu’ (ay. 2-4). Artinya Allah mengenal kita dengan baik, bukan saja mengenai apa yang kita lihat, tetapi juga apa yang kita rasakan, pikirkan dan kerjakan. Allah mengetahui setiap seluk-beluk diri kita. Dari belakang dan dari depan Allah mengurung kita (ay. 5), sehingga ke manapun kita pergi, kita selalu ada dalam pengawasan Allah dan tidak mungkin meluputkan diri. Di manapun kita berada, kita selalu dibawah pengawasan dan tangan Allah.

 

KEKAGUMAN ATAS KEMAHATAHUAN ALLAH

Kekaguman timbul pada diri pemazmur atas kemahatahuan Allah tentang dirinya karena semua pengetahuan itu terlalu ajaib dan terlalu tinggi baginya dan bagi kita manusia (ay. 6). Allah begitu mengenal kita, lebih daripada kita mengenal diri kita sendiri. Kita sendiri tidak dapat memperhatikan segala pikiran kita atau menilai diri kita sebagaimana Allah memperhatikan dan menilai diri kita. Bagi pemazur dan, tentu saja, bagi kita juga, pengetahuan seperti itu tidak dapat kita pahami apalagi kita gambarkan atau uraikan.

Pemazmur dan begitu juga kita sangat kagum betapa Allah mengetahui segala sesuatu tentang kita, termasuk cara pembentukan tubuh kita di dalam kandungan saat kita masih bakal anak (ay. 13-16), mulai dari konsepsi, embryo, janin hingga bayi yang siap lahir ke dunia ini. Tetapi sungguh kita tidak tahu sama sekali bagaimana Allah dapat melakukannya. Kita tidak dapat mengetahui bagaimana Allah menyelidiki dan mengenali kita. Juga kita tidak dapat mengetahui bagaimana diri kita dapat diketahui.

 

DAMPAK KEMAHATAHUAN ALLAH PADA DIRI KITA

Hal apakah yang sangat mempengaruhi hidup seseorang? Menurut pemazmur dalam nas ini, dan dalam Mazmur 139 secara keseluruhan, pikiran, perenungan dan pengenalan akan Allah bedampak besar dalam kehidupan seseorang. Seluruh keberadaan hidup kita, dari yang nampak hingga yang tersembunyi, terbuka di hadapan Allah. Tak seorangpun dapat menyembunyikan diri atau menjauh dari Tuhan. Allah memperhatikan masing-masing pribadi sejak masih dalam kandungan, bayi, anak-anak, dewasa hingga usia tua. Karena itu, Allah sangat mengharapkan kejujuran dan keterbukaan kita di hadapan-Nya.

Kemahatahuan dan kedekatan Allah pada kita bukan untuk menangkap kita yang berdosa agar tidak luput dari hukuman-Nya. Justru sebaliknya, Ia akan menjaga dan menuntun kita untuk mencapai yang terbaik dalam hidup kita. Di manapun kita berada, ada rasa aman di dalam perlindungan-Nya. Memang sulit bahkan tidak mungkin bagi kita untuk mengetahui pikiran Allah (ay. 17-18). Namun bila kita mau merenungkannya, kita akan menyadari bahwa semua yang terjadi dalam hidup kita adalah karena Ia mengizinkannya, dan Ia tetap bersama dengan kita untuk menghadapi semuanya.

 

REFLEKSI

Pengalaman Kristiani bersifat fundamental, esensial, individual dan subjektif dalam hal bergaul dengan satu-satunya Allah yang hidup, yang menyatakan diri-Nya sebagai TUHAN, Allah yang esa dan sejati yang kita kenal di dalam Yesus Kristus. Ia adalah Tuhan yang menyelidiki dan mengenal aku, yang mengetahui dan mengerti pikiranku dari jauh, dan yang memeriksa aku. Ia adalah Allahku, bukan sekedar konsepku atau pikiranku tentang Allah. Pergaulan kita dengan Allah melibatkan totalitas hidup kita sedemikian rupa sehingga kemahatahuan dan kemahahadiran Allah itu tidak hanya hadir dalam pikiran, namun kita hayati dan termanifestasikan dalam perasaan dan tingkah laku kita sehari-hari. Sebagai wujud penghayatan akan kemahatahuan dan kemahahadiran Allah, pastilah timbul rasa takut akan Tuhan, yaitu rasa takut berbuat dosa. Tetapi sekalipun kita manusia berdosa telanjang di hadapan Allah yang mahatahu dan mahahadir, namun kita masih sering berusaha untuk ‘menyemat daun pohon ara dan membuat cawat’ bagi dosa dan agenda pribadi kita. Pengalaman bergaul dengan Allah akan senantiasa menimbulkan rasa ketelanjangan, dan dalam waktu yang bersamaan, ada kerinduan untuk senantiasa disucikan dan dimurnikan. Selidikilah aku, ujilah aku dan tuntunlah aku di jalan yang kekal, akan senantiasa menjadi doa bagi orang-orang yang bergaul dengan Allah yang sejati. Seseorang yang hendak menyembah Allah dalam roh dan kebenaran niscaya menumbuhkembangkan kepekaan akan kemahatahuan dan kemahahadiran Allah.

Comments

Popular posts from this blog

Bersukacita dalam Penderitaan

Jadilah Cerminan Kasih Tuhan

Sehati Sepikir dalam Satu Kasih