Kesaksian Tentang Anak Allah
KESAKSIAN TENTANG ANAK ALLAH
1 Yohanes 5:9-13
Oleh: Pnt. Drs. Beltasar Pakpahan
9 Kita menerima kesaksian manusia, tetapi
kesaksian Allah lebih kuat. Sebab demikianlah kesaksian yang diberikan Allah
tentang Anak-Nya.
10 Barangsiapa percaya kepada Anak Allah, ia
mempunyai kesaksian itu di dalam dirinya; barangsiapa tidak percaya kepada
Allah, ia membuat Dia menjadi pendusta, karena ia tidak percaya akan kesaksian
yang diberikan Allah tentang Anak-Nya.
11 Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan
hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam Anak-Nya.
12 Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup;
barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup.
13 Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya
kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang
kekal.
(1 Yoh. 5:9-13)
PENDAHULUAN
Bersaksi merupakan tugas utama para murid setelah kenaikan Tuhan Yesus ke Surga, dan juga menjadi tugas dan tanggungjawab setiap orang percaya dalam hidupnya. Kesaksian itu bukan hanya untuk memberitakan jalan keselamatan melalui Tuhan Yesus tetapi juga untuk menguatkan dan meneguhkan pengharapan kita. Yesus sendiri berdoa bagi orang-orang percaya yang diutus untuk bersaksi (Yoh. 17:15-19).
Percaya pada Yesus hanya mungkin terjadi karena ada yang
bersaksi. Tanpa kesaksian mustahil manusia percaya pada Yesus sebagai Tuhan dan
Juruselamat. Sebagai dampak dari percaya pada Yesus adalah bahwa mereka yang
percaya memiliki hidup kekal. Nas ini mewartakan berbagai aspek kesaksian
tentang identitas Yesus Kristus sebagai Anak Allah.
PENEKANAN YOHANES PADA
KESAKSIAN
Perhatian utama Yohanes, sebagaimana juga para penulis lain dalam Perjanjian Baru, adalah kesaksian yang mengarah pada pengakuan bahwa Yesus adalah Tuhan. Bahkan dalam Surat Yohanes yang pertama ini kata “saksi” muncul sebanyak 10 kali. Para penulis ini tidak pernah berusaha meyakinkan orang-orang bahwa Yesus itu adalah Tabib, Pembuat Mujizat atau Seorang yang sangat saleh hingga patut diteladani. Kesaksian mereka dan Yohanes sendiri bukanlah pada apa yang Yesus lakukan, melainkan siapakah Yesus itu.
Topik utama kesaksian yang disampaikan Yohanes dalam nas
ini adalah tentang identitas Yesus Kristus. Dia adalah Anak Allah, yang juga
adalah manusia sempurna, yang juga adalah Kristus yang diutus. Hal ini sangat
penting karena sampai sekarang ini ada saja ajaran sesat yang mengajarkan bahwa
Yesus bukan Kristus. Yohanes di sini terutama menggunakan kombinasi sebutan
Yesus Kristus dan sebutan Anak Allah, yang menunjukkan bahwa Yesus bukan hanya
merupakan Seorang yang ada dalam sejarah nyata yang lahir di palungan, namun
Yesus memiliki identitas Kristus dan Anak Allah secara bersamaan.
KESAKSIAN MANUSIA
Apakah Yesus benar-benar Anak Allah? Ketika orang-orang menyaksikan mujizat, pengajaran, kematian dan kebangkitan Yesus, mereka percaya dan bersaksi bahwa Dia adalah Anak Allah (1 Yoh. 4:14-15). Para murid dan orang-orang yang bersama-sama dengan mereka naik perahu memberi kesaksian setelah Yesus menenangkan badai (Mat. 14:32-33). Petrus, salah satu murid Yesus, bersaksi bahwa Yesus adalah Anak Allah ketika Yesus bertanya kepada mereka, “siapakah Aku ini?” di Kaisarea Filipi (Mat. 16:13-17). Seorang perempuan bernama Marta juga bersaksi bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah (Yoh. 11:25-27). Bahkan perwira militer dan para tentara yang mengawal Yesus saat Dia mati di kayu salib bersaksi. “Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah” (Mat. 27:24).
Setelah Yesus bangkit, salah satu murid-Nya yaitu Tomas
tidak percaya bahwa Gurunya itu sudah bangkit dari kematian. Setelah Yesus
menampakkan diri-Nya kembali kepada para murid, termasuk Tomas, dan berkata
kepada Tomas, “Taruhlah jarimu di sini
dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku…”
(Yoh. 20:25-29), barulah Tomas bersaksi bahwa Yesus adalah Allah. Dan masih
banyak tanda lain yang dibuat Yesus setelah Dia bangkit yang membuat Yohanes
bersaksi bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah (Yoh. 20:30-31).
KESAKSIAN ALLAH
Allah Bapa juga memberi kesaksian tentang Anak. Sewaktu Yesus dibaptis oleh Yohanes Pembaptis, terdengar suara Allah Bapa dari sorga yang mengatakan, “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan” (Mat. 3:17). Kemudian saat Yesus mengalami transfigurasi di atas gunung, Petrus, Yakobus dan Yohanes juga mendengar Allah Bapa bersaksi bahwa Yesus adalah Anak yang dikasihi-Nya (Mat. 17:5).
Jika seseorang memberikan kesaksian, maka secara hukum
kesaksian tersebut diakui di semua daerah yudikatif dan di semua bangsa. Sejalan
dengan hal ini Rasul Yohanes menyimpulkan bahwa jika kita menerima kesaksian
manusia tentang Yesus sebagai Anak Allah, maka kesaksian Allah lebih besar/kuat
tentang Yesus sebagai Anak-Nya (ay. 9). Ini adalah kebenaran itu sendiri,
otoritas tertinggi, dan paling tak terbantahkan. Allah yang tidak bisa berdusta
telah memberikan jaminan yang cukup kepada dunia bahwa Yesus Kristus adalah
Anak-Nya yang diutus untuk menyelamatkan dunia ini.
ISI DARI KESAKSIAN
ITU
Setiap orang yang percaya bahwa Yesus itu adalah Anak Allah, berdasarkan kesaksian manusia terlebih kesaksian Allah, maka orang itu mempunyai kesaksian itu di dalam dirinya (ay. 10). Isi dari kesaksian itu adalah Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita yang percaya pada dan memiliki Yesus sebagai Anak Allah, karena hidup kekal itu ada di dalam Anak Allah (ay. 11). Dan hidup yang kekal itu tidak dapat ditemukan di dalam siapapun juga selain di dalam Yesus Kristus yang adalah Anak Allah (Kis. 4:12). Sebaliknya, setiap orang yang tidak percaya kepada Allah, karenanya tidak percaya kepada kesaksian Allah tentang Anak-Nya, ia membuat Allah menjadi pendusta (ay. 10), dan implikasinya adalah ia tidak beroleh hidup yang kekal, melainkan kematian kekal.
Kesaksian itu telah dituliskan melalui Alkitab, termasuk
dalam nas ini (ay. 13), supaya kita mengetahui bahwa kita telah memperoleh
hidup yang kekal. Allah menghendaki agar kita percaya atas apa yang telah
difirmankan-Nya bahwa Ia menunjukkan kemurahan-Nya dengan menjadi Manusia yang
lemah namun tidak berdosa, memikul kenistaan dan aniaya namun tetap tegar
memikul penderitaan tersebut supaya kita beroleh kekuatan masuk ke dalam
kerajaan-Nya. Ia rela mencucurkan darah-Nya supaya oleh-Nya kita hidup, dan
dengan penyucian oleh darah-Nya itu kita disatukan ke dalam hidup-Nya melalui
kematian dan kebangkitan-Nya (Roma 6:5; Kol. 2:12).
REFLEKSI
Pengenalan dan iman percaya kita atas identitas Yesus Kristus sebagai Anak Allah mutlak tidak dapat memiliki kemelencengan atau penyelewegan karena hidup kekal yang dianugerahkan Allah kepada kita diletakkan di dalam Yesus Kristus. Hanya Yesus Kristus yang dapat mewujudkan anugerah keselamatan karena Dia adalah Anak Allah. Selain itu juga karena Dia adalah manusia sempurna yang berdiri di posisi manusia untuk membayar harga penebusan bagi umat manusia di dunia.
Jika pengetahuan tentang Allah bergantung pada penelitian
dan eksperimen manusia, maka sangatlah penting untuk menemukan jawaban atas
pertanyaan, ‘Kalau Allah itu Esa, bagaimana Yesus bisa menjadi Anak-Nya?’. Akan
tetapi, karena pengenalan akan Allah itu bergantung pada pernyataan diri-Nya,
maka percaya pada pernyataan-Nya sebagaimana ditemukan dalam firman-Nya, yaitu
Alkitab, lebih penting ketimbang menemukan jawaban atas pertanyaan kita yang
paling sulit sekalipun. Dalam Alkitab, percaya pada pernyataan diri Allah
sebagai kebenaran dan menaati kebenaran itu disebut iman. Kita akan mati dengan
banyak pertanyaan sulit yang tidak terjawab, namun kita tidak boleh mati tanpa
merespon secara pribadi janji keselamatan Allah melalui Anak-Nya.
Comments
Post a Comment