Perumpamaan Sebagai Sarana Membumikan Khotbah
PERUMPAMAAN SEBAGAI SARANA MEMBUMIKAN
KHOTBAH
Matius 13:10-17
Oleh: Pnt. Drs. Beltasar Pakpahan
10 Maka datanglah murid-murid-Nya dan bertanya
kepada-Nya: “Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan?”
11 Jawab Yesus: “Kepadamu diberi karunia untuk
mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak.
12 Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan
diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun
juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.
13 Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam
perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan
sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti.
14 Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang
berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan
melihat dan melihat, namun tidak menanggap.
15 Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan
telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka
melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan
hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka.
16 Tetapi berbahagialah matamu karena melihat
dan telingamu karena mendengar.
17 Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya
banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak
melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak
mendengarnya.”
(Mat. 13:10-17)
PENDAHULUAN
Bertitiktolak dari perbedaan pengetahuan dan daya tangkap setiap orang, illustrasi atau perumpamaan memegang peranan yang cukup penting bagi keberhasilan sebuah pengajaran atau khotbah. Dalam mendengarkan khotbah, sebagian orang lebih menyukai illustrasi, perumpamaan dan cerita, yakni gambaran kehidupan yang dapat mereka ‘lihat’ dengan pikiran mereka. Karena itulah, illustrasi atau perumpamaan dapat memberikan penerangan terhadap apa yang pengkhotbah sampaikan, terutama bagi mereka yang tidak mau bersusah-susah memikirkan hal-hal yang abstrak.
Karena tingkat kemampuan pemahaman tiap orang berbeda,
maka dengan menggunakan illustrasi atau perumpamaan, pengkhotbah bisa
mengajarkan sesuatu dengan cara yang sederhana namun mampu menarik perhatian
audiens. Bisa dikatakan bahwa illustrasi atau perumpamaan merupakan sarana
dalam ‘membumikan’ sebuah khotbah. Artinya, khotbah yang bersifat abstrak
ditaburkan dan dilabuhkan pada peristiwa sehari-hari yang lebih sederhana dan
lebih mudah dimengerti audiens.
YESUS MENGAJAR DENGAN
MENGGUNAKAN PERUMPAMAAN
Para murid agaknya terkejut melihat Yesus mengajar dengan menggunakan perumpamaan kepada orang banyak, sebab sebelumnya Ia tidak banyak menggunakan perumpamaan dalam mengajar mereka. Lalu para murid menanyakan hal itu kepada Yesus (ay. 10). Yesus menjawab pertanyaan yang diajukan para murid ini secara panjang lebar dalam ay. 11-15.
Yang dapat kita simak dari jawaban Yesus adalah bahwa Ia
mengajar dengan perumpamaan supaya dengan demikian perkara-perkara Kerajaan
Sorga bisa diungkapkan secara lebih sederhana dan lebih mudah bagi mereka yang
masa bodoh dengan perkara-perkara itu. Perumpamaan itu seperti tiang awan dan
api yang menyertai bangsa Israel sewaktu keluar dari tanah perbudakan Mesir.
Tiang awan dan api itu menampakkan sisi gelapnya kepada orang-orang Mesir
sehingga membuat mereka bingung, namun menampakkan sisi terangnya kepada
orang-orang Israel sehingga membuat mereka terhibur, dan dengan demikian dua
maksud terpenuhi sekaligus (Keluaran 14). Demikian juga halnya dengan
perumpamaan yang digunakan Yesus dalam nas ini, terang Injil yang sama menuntun
mata orang-orang yang mempunyai kerinduan untuk mengetahui rahasia-rahasia
Kerajaan Sorga, namun menyilaukan mata orang-orang yang bersikap masa bodoh
terhadap hal itu.
KARUNIA UNTUK
MENGETAHUI RAHASIA KERAJAAN SORGA
Perihal Kerajaan Sorga terdapat rahasia-rahasia yang tidak akan tersingkap kepada orang-orang yang masa bodoh dan malas untuk mengetahuinya. Inkarnasi Kristus, karya penebusan-Nya, pengantaraan-Nya, pembenaran dan pengudusan kita melalui persekutuan dengan-Nya, dan sesungguhnya seluruh karya penebusan dari awal hingga akhir, adalah rahasia-rahasia.
Murid-murid Kristus sungguh diberi karunia yang besar untuk mengetahui rahasia-rahasia ini. Pengetahuan merupakan pemberian yang mulia dari Allah (Ams. 2:6). Pengetahuan akan rahasia-rahasia Kerajaan Sorga ini diberikan kepada para murid sebab mereka adalah pengikut-pengikut Kristus yang setia bersama-Nya. Jadi, semakin dekat kita kepada Kristus dan semakin sering kita berkomunikasi dengan-Nya, melalui Firman Allah, maka akan semakin dalam pengetahuan kita tentang rahasia-rahasia Injil.
Karunia pengetahuan juga diberikan kepada semua orang
percaya yang sungguh-sungguh, yang mengetahui rahasia-rahasia Injil dari
pengalaman mereka. Ini, tentu saja, merupakan jenis pengetahuan yang terbaik,
karena merupakan dasar-dasar dari anugerah yang terdapat di dalam hati.
Pengetahuan itu membuat orang-orang percaya cepat mengerti apa itu takut akan
Tuhan dan apa itu beriman kepada Kristus. Apabila orang sudah memiliki pengetahuan
ini, dia bisa memahami arti dari perumpamaan-perumpamaan seperti yang digunakan
Yesus dalam nas ini. Karena tidak memiliki pengetahuan inilah, Nikodemus,
seorang rabi di Israel, berbicara tentang kelahiran kembali seperti orang yang
buta warna.
YANG MEMPUNYAI DIBERI
KELIMPAHAN
Ada kebiasaan di antara sesama kita manusia bahwa seseorang akan lebih mempercayakan uangnya kepada orang yang telah terbukti berhasil memperbanyak harta miliknya dengan usahanya dan kerajinannya sendiri, daripada kepada orang yang telah menghabiskan uang dan hartanya dengan kemalasannya. Begitu juga halnya dengan karunia yang dianugerahkan Allah kepada kita manusia.
Orang yang mempunyai karunia yang dipilih berdasarkan anugerah, dan menggunakan apa yang dipunyainya, kepadanya akan diberi sehingga ia berkelimpahan. Murid-murid Kristus menggunakan pengetahuan yang sekarang mereka miliki dan mereka diberi dengan lebih berkelimpahan lagi ketika Roh Kudus dicurahkan untuk bekal mereka sebagai rasul. Orang yang memiliki kebenaran anugerah dan menggunakannya, maka kepadanya akan ditambahkan lagi dan lagi bahkan sampai berkelimpahan dalam kemuliaan (ay. 12).
Sebaliknya, ada orang yang tidak mempunyai keinginan akan
anugerah karunia, dan tidak menggunakan dengan benar talenta dan anugerah yang
dimilikinya. Orang-orang sedemikian, yang mempunyai tetapi tidak menggunakan
apa yang dipunyainya, darinya akan diambil apapun yang ia miliki atau yang
tampak ia miliki (ay. 12). Allah akan mengambil kembali karunia-karunia-Nya
dari tangan orang-orang yang malas atau tidak mau menggunakannya. Karena orang
semacam ini tidak berakar dan tidak mempunyai keyakinan teguh, maka
daun-daunnya akan layu dan talenta-talentanya akan membusuk.
MELIHAT, MENDENGAR
DAN MENGERTI
Mata orang-orang percaya yang paling hina, yang mengenal anugerah Kristus melalui pengalaman mereka sendiri, lebih berbahagia daripada mata para cendekiawan yang paling hebat dan para filsuf yang paling besar yang tidak mengenal Allah, yang seperti ilah-ilah sesembahan mereka, mempunyai mata tetapi tidak melihat. Kebahagiaan sejati timbul dari pengertian yang benar dan pengenalan yang terus-menerus akan rahasia-rahasia Kerajaan Sorga. Telinga yang mendengar dan mata yang melihat adalah pekerjaan anugerah Allah (Ams. 20:12).
Orang-orang kudus pada zaman Perjanjian Lama, yang
melihat terang Injil dengan samar-samar, sangat mendambakan penyataan-penyataan
yang lebih nyata lagi. Walaupun telah diberi sejumlah sosok, bayangan dan
nubuat mengenai hal-hal tersebut, mereka tetap rindu untuk melihat Inti dari
semuanya ini, yakni tujuan akhir yang mulia dari hal-hal yang tidak dapat mereka
lihat dengan mantap (ay. 17), karena waktunya belum tiba. Karena itulah
berbahagialah mereka, yaitu murid-murid Yesus, yang melihat dengan mata mereka
dan mendengar dengan telinga mereka semuanya itu pada diri Yesus sendiri.
REFLEKSI
Kita harus bersyukur karena kita telah menjadi
orang-orang yang menerima Yesus sebagai Anak Allah, Sang Juruselamat. Kita
tidak melihat Dia secara langsung ketika Dia berada di dunia ini, tetapi kita
akan melihat Dia kelak. Kita bukan orang-orang yang baik, kita bukan
orang-orang yang hebat dan unggul, kita bukan orang-orang yang lebih saleh dari
orang-orang yang menolak Yesus. Sekiranya kita tidak dipilih, tidak dilahirkan
kembali oleh Roh Kudus, maka kita akan menjadi orang-orang yang mendengar
tetapi tidak mengerti, dan melihat tetapi tidak menanggap. Inilah anugerah
Tuhan bagi pendosa seperti para murid dan seperti kita semua yang percaya
kepada-Nya. Kepada yang lain yang tidak diberi anugerah, akan kehilangan
semuanya, tetapi kepada kita yang memperoleh anugerah akan terus diberikan
kelimpahan pengenalan akan kebenaran Allah. Marilah kita tidak menjauh dari
anugerah ini dengan menghargai setiap pengetahuan akan rahasia-rahasia Kerajaan
Sorga yang kita boleh dapatkan.
Comments
Post a Comment