Memikul Salib Setiap Hari
MEMIKUL SALIB SETIAP HARI
Lukas 9:22-27
Oleh: Pnt. Drs. Beltasar Pakpahan
22 Dan Yesus berkata: “Anak Manusia harus
menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan
ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.”
23 Kata-Nya kepada mereka semua: “Setiap orang
yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap
hari dan mengikut Aku.
24 Karena barangsiapa mau menyelamatkan
nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya
karena Aku, ia akan menyelamatkannya.
25 Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia,
tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri?
26 Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena
perkataan-Ku, Anak Manusia juga akan malu karena orang itu, apabila Ia datang
kelak dalam kemuliaan-Nya dan dalam kemuliaan Bapa dan malaikat-malaikat kudus.
27 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara
orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat
Kerajaan Allah.”
(Lukas 9:22-27)
PENDAHULUAN
Hampir semua manusia takut kehilangan nyawanya. Bahkan kita selalu berusaha untuk melindungi nyawa kita. Manusia sibuk mengejar dunia yang dianggap dapat menjamin nyawanya. Sering kali manusia mengorbankan kesehatan demi uang dan menghabiskan uang demi kesehatannya. Tidak sedikit yang beranggapan bahwa dengan memenuhi segala keinginan daging akan membuat hidup kita menjadi sukacita dan karenanya akan memperpanjang umur. Fakta ternyata berbicara sebaliknya, mereka yang terobsesi mengejar keinginan daging justru terjebak ke dalam berbagai penderitaan.
Di sisi lain, kematian (sebagai upah dosa) selalu
mengintai setiap manusia karena semua manusia pasti akan mati. Tetapi tidak
sedikit manusia yang mati sebelum waktunya, karena mereka terlalu fokus dalam
memenuhi keinginan dagingnya hingga mengabaikan keselamatan jiwanya. Apa yang
ditawarkan dunia tidak bisa menyelamatkan kita dari maut. Yang perlu dilakukan
setiap orang yang mau menyelamatkan nyawanya adalah memikul salib, menyangkal
diri dan berjalan mengikut Yesus.
PENDERITAAN DAN
KEMATIAN YESUS
Hingga nas ini, Yesus belum banyak membicarakan tentang penderitaan dan kematian-Nya. Tetapi setelah para murid sudah berakar teguh dalam iman bahwa Dia memang Mesias, dan mampu menerima kebenaran tersebut, Yesus berbicara terus terang dan tegas mengenai penderitaan dan kematian-Nya (ay. 22). Penolakan, aniaya dan kematian yang akan dijalani oleh Yesus merupakan konsekuensi dari eksistensi-Nya sebagai Mesias. Banyak orang yang menolak hal ini, termasuk para tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, karena mereka menciptakan konsep Mesias versi mereka sendiri.
Akan tetapi, para murid belum boleh memberitakan bahwa
Yesus adalah Mesias, karena keajaiban-keajaiban yang menyertai kematian dan
kebangkitan-Nya yang akan menjadi bukti paling meyakinkan mengenai
keberadaan-Nya sebagai Mesias dari Allah belum lengkap. Ditinggikannya Ia di
sebelah kanan Bapa itulah yang mengumandangkan dengan sepenuhnya bahwa Dia
memang Mesias. Demikian pula dengan diutusnya Roh Kudus (Kis. 2:33). Oleh sebab
itu, para murid harus menunggu dulu pemberitaan tentang Yesus sebagai Mesias
sebelum semuanya ini terjadi.
PERSIAPAN MENGIKUT
KRISTUS
Dalam mengikut Yesus ada syarat-syarat yang harus
betul-betul kita persiapkan kalau kita memang sungguh-sungguh mau mengikut Dia.
Setiap kita dituntut untuk menyangkal diri, memikul salib kita setiap hari dan
mengikut Yesus. Menyangkal diri artinya kita tidak mementingkan diri sendiri
atau tidak egois. Kalau saja mau mementingkan diri sendiri, Yesus sudah menolak
cawan penderitaan-Nya, tetapi Dia menyangkal diri-Nya dengan berkata “jadilah kehendak-Mu” (Mat. 26:36-42;
Mrk. 14:32-42; Luk. 22;39-46). Memikul salib berarti kita harus bersedia
menghadapi penderitaan seperti Kristus yang telah menderita bagi kita dan kita
juga harus rela berkorban (waktu, tenaga bahkan kehidupan kita sendiri) demi
melayani Tuhan dan sesama, sebagaimana Kristus telah mengorbankan hidup-Nya
bagi kita. Lalu kita mengikut Yesus, yang berarti kita harus meniru dan
menyerupai Dia (Fil. 3:10).
Kita harus membiasakan diri dengan semua bentuk penyangkalan dan kesabaran (ay. 23) serta menganggap rendah keduniawian sebagai persiapan terbaik untuk mengikut Kristus. Janganlah kita memuaskan hawa nafsu dan kesenangan duniawi, karena nantinya akan sangat berat bagi kita dalam menanggung penderitaan, keletihan dan kekurangan demi Kristus. Kita harus setiap hari bersedia menjadi sasaran penderitaan, menyesuaikan diri dengannya, menerimanya tanpa membantah kehendak Allah di dalamnya, dan belajar bertahan dalam berbagai kesukaran.
MENGUTAMAKAN
KESELAMATAN JIWA
Dalam mengikut Kristus, kita harus memilih keselamatan dan kebahagiaan jiwa kita melebihi urusan dunia apapun. Kita juga harus teguh percaya bahwa jika kita kehilangan nyawa karena kelekatan kita pada Kristus dan karena iman kita kepada-Nya, maka kita akan menyelamatkannya dengan mendatangkan keuntungan yang tak terkatakan. Mengapa? Karena kita akan memperoleh imbalan berlimpah pada waktu kebangkitan orang benar, saat kita akan menerima kehidupan baru yang kekal.
Jika demi mempertahankan harta, kebebasan, kekuasaan atau kedudukannya, bahkan demi menyelamatkan nyawanya, orang menyangkali Kristus dan kebenaran-Nya, maka orang tersebut telah dengan sengaja melawan hati nuraninya dan berdosa kepada Allah. Orang tersebut bukan saja tidak akan menyelamatkan sesuatu apapun, ia bahkan akan kehilangan segala sesuatu. Barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya berdasarkan syarat-syarat ini, ia akan kehilangan nyawanya. Dia akan kehilangan hal yang jauh lebih berharga, yaitu jiwanya.
Memiliki seluruh isi dunia tetapi mencampakkan Kristus
demi kepentingan dunia, sama sekali tidak sepadan dengan kehilangan dan
kebinasaan kekal jiwa. Keduanya tidak seimbang dalam hal untung-ruginya (ay.
25). Seandainya kita dapat memiliki semua kekayaan, kehormatan dan kesenangan
dunia dengan cara menyangkali Kristus, namun karena itu kita lalu merugikan
diri sendiri dalam kekekalan, dan akhirnya nanti akan dibinasakan, apalah
gunanya kekayaan dunia kita itu?
JANGAN MALU KARENA
KRISTUS
Sekali-kali janganlah kita malu karena Kristus dan Injil-Nya. Jangan pula kita malu menderita aib atau menerima kecaman, hinaan dan aniaya karena iman setiap kita kepada Dia dan Injil-Nya (ay. 26). Ketika orang diminta memberikan kesaksian dan tenaga bagi pelayanan dan kehormatan Kristus, lalu dia menolaknya karena ia melihat bahwa kepentingan Kristus dihina dan ditentang di mana-mana, maka pada hari penghakiman janganlah orang itu mengharapkan bahwa Kristus akan membelanya. Kristus akan malu mengakui orang pengecut dan duniawi itu sebagai orang kepunyaan-Nya, dan jelas dia bukan milik Kristus.
Sama seperti Kristus memiliki keadaan yang hina dan
mulia, demikian juga dengan tugas kita dalam melayani-Nya. Hanya mereka yang
mau menderita bersama-sama dalam kehinaan-Nya yang akan memerintah bersama-sama
dengan Dia dalam kemuliaan-Nya. Tetapi orang-orang yang tidak mau turut ambil
bagian dalam aib dan kehinaan itu, maka mereka ini tidak akan mendapat bagian
dalam kemenangan dan kemuliaan-Nya. Untuk mendukung diri-Nya dan para
pengikut-Nya yang terus dipermalukan, Kristus berbicara tentang kemegahan
kedatangan-Nya yang kedua “dalam kemuliaan-Nya
dan dalam kemuliaan Bapa dan malaikat-malaikat kudus” (ay. 26).
KERAJAAN ALLAH
SEGERA DITEGAKKAN
Untuk membesarkan hati para murid dan orang-orang yang mau menderita bagi-Nya, Kristus meyakinkan mereka bahwa Kerajaan Allah akan segera ditegakkan, meskipun perlawanan yang diberikan dunia sangat gigih (ay. 27). Yang mau disampaikan Kristus di sini adalah bahwa ‘Meskipun kedatangan Anak Manusia yang kedua kali masih jauh, namun Kerajaan Allah akan datang dengan penuh kuasa di zaman ini juga, sementara beberapa yang hadir di sini masih hidup’.
Mereka akan melihat Kerajaan Allah ketika Roh Kudus
dicurahkan, ketika Injil diberitakan ke seluruh dunia dan bangsa-bangsa dibawa
kepada Kristus melalui Injil itu. Mereka melihat Kerajaan Allah berjaya atas bangsa-bangsa
bukan-Yahudi melalui pertobatan mereka, dan atas bangsa Yahudi melalui
kehancuran mereka.
REFLEKSI
Meskipun sulit dan pahit, kita harus bersedia memikul
salib tiap-tiap hari dan mengikut Kristus. Jalanilah kehidupan Kristen kita
dengan melihat betapa singkatnya hidup dan betapa tidak berartinya segala
sesuatu yang ada di dunia ini, bila dilihat dari sudut pandang kekekalan.
Ingatlah bahwa suatu saat kelak, ketika hari penghakiman tiba, kita akan
menghadap takhta pengadilan Kristus. Maka sangkal diri, pikul salib, dan ikut
Yesus kiranya mewarnai kehidupan kita setiap hari, dalam berbagai aspeknya.
Comments
Post a Comment