Posisi Unik Petrus Di Antara Para Murid

POSISI UNIK PETRUS DI ANTARA PARA MURID

 

Disusun dari berbagai sumber oleh: Pnt. Drs. Beltasar Pakpahan

 

 

PENDAHULUAN

            Di dalam lingkaran para murid hampir selalu Petrus berdiri di latar depan. Gambaran ini langsung tampak sedari awal ketika Yesus memanggil murid-murid-Nya yang pertama di danau Genesaret. Dalam kisah penjala ikan menjadi penjala manusia ini, Petrus jelas memegang peran utama, walaupun di akhir cerita anak-anak Zebedeus termasuk ikut bersamanya. Ketika Yesus berjalan di atas air, hanya Petrus yang berusaha meniru Gurunya dalam melakukan hal yang sama. Hampir selalu ia muncul sebagai juru bicara bagi Keduabelas Murid. Petrus jugalah yang menjawab ketika Yesus mengarahkan pertanyaan kepada seluruh murid tentang siapakah diri-Nya menurut mereka. Yesus pernah memarahi Petrus tetapi sambil memandang murid-murid-Nya dengan kata-kata keras, “Enyahlah Iblis…”. Teguran jelas ditujukan secara merata kepada semua murid, karena Yesus tahu bahkan kata-kata yang diutarakan Petrus kepada-Nya agar Dia berbalik dari jalan penderitaan mereproduksi keinginan Iblis dari Keduabelas Murid. Gambaran kemenonjolan Petrus juga tampak dalam kisah transfigurasi Yesus di atas gunung. Di sini, Petrus juga yang mengajukan kepada Yesus agar mereka mendirikan kemah, meskipun kali ini anak-anak Zebedeus ada bersama-sama dengannya 

 

GAMBARAN PETRUS MENURUT INJIL SINOPTIK

Posisi Unik Petrus Dalam Paparan Injil Sinoptik

Kita belajar dari Injil Sinoptik bahwa Petrus sungguh-sungguh menempati posisi unik di dalam kelompok para murid. Bersama-sama dengan anak-anak Zebedeus dan saudaranya Andreas, ia termasuk dalam lingkaran intim dari orang-orang yang dekat dengan Yesus. Menurut Matius 4:18 dan Markus 1:16, ia bersama-sama dengan Andreas adalah murid pertama yang dipanggil Yesus. Markus 5:37 mencatat secara eksplisit bahwa Yesus tidak memperbolehkan siapapun mengikutinya masuk ke rumah penguasa rumah ibadah kecuali Petrus dan anak-anak Zebedeus. Pada kesempatan lain kita juga mendapatinya bersama-sama dengan pasangan bersaudara ini (Mat. 17:1-13; Mark. 9:2-9; Luk. 9:28-36; dan Mat. 26:37; Mark. 14:33; Luk. 22:39-46).

            Petruslah yang dalam berbagai situasi berpaling kepada Yesus dengan pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya diinginkan semua murid: “Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?” (Mat. 18:21). “Tuhan, kamikah yang Engkau maksudkan dengan perumpamaan itu atau juga semua orang?” (Luk. 12:41), “Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!” (Mat. 19:27; Mark. 10:28; Luk. 18:28). Juga ada kalanya muncul dalam satu Injil semua murid mengajukan pertanyaan, sementara dalam nas paralel Injil lainnya, hanya Petrus yang bertanya (Mat. 15:15; 21:20; bdk. Mark. 7:17; 11:21).

            Dalam Lukas 22:8, Petrus dan Yohanes diperintahkan Yesus untuk mempersiapkan Paskah. Dalam Markus 14:29, Petrus berjanji akan tetap setia kepada Gurunya. Sekali lagi, di Getsemane, menurut Markus 14:37 (bdk. Mat. 26:40), Yesus kembali kepada Petrus dengan pertanyaan teguran apakah ia tidak bisa berjaga-jaga satu jam pun; tetapi sekali lagi anak-anak Zebedeus, yang mungkin juga hadir, termasuk yang dituju teguran Yesus. Menurut Matius 17:24 Petrus juga dianggap oleh pihak luar sebagai perwakilan khusus dari kelompok murid-murid. Orang-orang yang memungut pajak mengarahkan pertanyaan mereka kepadanya.

 

Posisi Petrus Dalam Daftar Para Murid Menurut Injil Sinoptik

            Daftar murid-murid (Mat. 20:2; Mark. 3:16; Luk. 6:14; Kis. 1:13) memang bervariasi dalam rinciannya, namun yang menjadi persamaannya adalah bahwa semua daftar tersebut menempatkan Petrus di urutan pertama. Daftar dalam Matius sesungguhnya juga menegaskan fakta bahwa dialah yang pertama. Yang juga sangat khas dalam Injil Sinoptik adalah ungkapan “Petrus dan orang-orang yang ikut bersamanya”, yang digunakan untuk menyebutkan kelompok para murid (Mark. 1:36; Luk. 9:32; 8:45 menurut redaksi yang paling terbukti dengan jelas). Yang sangat mencolok  adalah kata malaikat dalam Markus 16:7: “Tetapi sekarang pergilah, katakanlah kepada murid-murid-Nya dan kepada Petrus: Ia mendahului kamu ke Galilea”.

            Karena itu, berkenaan dengan posisi unik Petrus, tidak ada perbedaan dalam apa yang dinyatakan ketiga Injil Sinoptik. Bahkan dalam Injil Markus, walaupun menurut sejarahnya ditulis kepada jemaat mula-mula di Roma, tidak ada klaim akan otoritas Petrus, sekalipun ia tampak sebagai juru bicara di antara para murid.

Kajian atas nas-nas yang dikutip di atas sudah cukup untuk meyakinkan kita bahwa dalam kenyataannya masing-masing ketiga Injil Sinoptik menegaskan dengan caranya sendiri-sendiri posisi menonjol Petrus. Sekalipun Markus tidak mencakup penyebutan dalam Matius 16:17-19 tentang Jemaat, namun presentasinya secara keseluruhan tidak menimbulkan keraguan sedikit pun perihal peranan khusus yang dialamatkan Penginjil ini kepada Petrus.

Jadi, seperti yang telah kita analisis di atas, ada kalanya semua murid berbicara dalam salah satu Injil Sinoptik, sementara dalam nas paralel Injil lainnya, hanya Petrus yang berbicara. Tetapi kita haruslah memperhatikan bahwa bila ini terjadi, tidaklah selalu Injil yang sama yang menempatkan Petrus di latar depan. Namun, kita mendapati bahwa penekanan pada murid yang satu ini sekarang ditemukan dalam satu Injil dan diwaktu lain ditemukan dalam Injil lainnya. Misalnya saja, dalam Injil Markus (Mark. 11:21) Petrus mengambil alih tempat semua murid, sementara pada nas paralel dalam Matius (pasal 21:20) mereka mengajukan pertanyaan tentang pohon besar yang layu.

 

Tidak Ada Perbedaan Sikap Penulis Ketiga Injil Sinoptik Tentang Petrus

            Tidak ada perbedaan mendasar antara ketiga penulis Injil Sinoptik dalam hal sikap mereka terhadap Petrus, meskipun tampaknya hanya Matius yang mempunyai kepentingan eklesiastik khusus dalam keutamaan permanen bagi Petrus. Sekalipun memang benar bahwa Matius sendirilah yang mencatat bagaimana Yesus mengkaitkan Petrus dengan Jemaat dalam Matius 16:17-19, dan cerita tentang Petrus berjalan di atas air (Mat. 14:28-32), dan juga penandaan “Pertama” dalam Matius 10:2, namun kita harus menempatkan di sisi lain ayat-ayat di mana hanya Lukas yang menunjukkan perhatian positip pada Petrus. Ini memang benar terutama dalam cerita tentang penangkapan ikan dengan mujizat luar biasa (Luk. 5:1-11).

            Dengan demikian menurut ketiga Injil Sinoptik, Petrus tidak diragukan lagi memegang peran juru bicara dari kedua belas murid. Lebih jauh lagi, menurut Injil Matius dan Lukas, Yesus menunjuknya secara khusus untuk melaksanakan misi dan kemudian menguatkan saudara-saudaranya. Jadi pengetahuan tentang perbedaan khusus yang diberikan kepada Petrus di dalam lingkaran para murid adalah umum pada tradisi kuno secara keseluruhan di balik Injil Sinoptik.

Posisi unik ini, yang bukan hanya dibuktikan dalam Matius tetapi juga dalam Markus dan Lukas, tidak bisa dan tidak boleh disangkal atau bahkan dikecilkan. Akan tetapi, haruslah kita tambahkan bahwa walaupun dalam ketiga Injil Sinoptik, Petrus diberikan kemenonjolan dalam keseluruhan kelompok murid-murid, ia selalu tampak sebagai juru bicara mereka dalam “dialog dengan Kristus”. Selain dari hubungan ini dengan Kristus ia tidak pernah, seperti halnya dalam literatur kemudian, memegang peranan utama 

 

GAMBARAN POSISI PETRUS MENURUT INJIL YOHANES

Peran “Murid Yang Dikasihi” Yesus

            Gambaran yang agak berbeda muncul bila kita pelajari apa yang ditulis dalam Injil Yohanes. Di sini peran menonjol Petrus, yang tidak ada tandingannya dalam Injil Sinoptik, menjadi masalah, karena bagi Penginjil ini “Murid Yang Dikasihi” misterius tanpa nama dari Yesus memasuki persaingan tertentu dengan Petrus. Dengan demikian di sini, dengan cara yang berbeda dari Injil Sinoptik, perhatian penulis seangkatan Petrus ini tentang posisi pribadi Petrus mungkin mempengaruhi presentasi. Akan tetapi, perlu dicatat bahwa Injil ini, yang nyata-nyata ingin menekankan hubungan yang sangat erat antara Yesus dan “Murid Yang Dikasihi” tidak pernah berusaha menyangkal secara langsung peran khusus Petrus di dalam kelompok murid-murid. Namun demikian, Injil Keempat ini mempunyai kecenderungan mengecilkan peran Petrus, sepanjang menyangkut usahanya untuk menunjukkan bahwa selain posisi unik Petrus ada peran khusus yang agak berbeda bagi “Murid Yang Dikasihi”.

Ini jelas terkait dengan kemunduran kelompok Dua Belas sedemikian rupa secara keseluruhan ke latar belakang, kecenderungan yang merupakan ciri dari pandangan Injil ini tentang murid-murid dan terhadap mana Injil ini kurang memberikan perhatian. Bahwa sekalipun hal ini memanifestasikan kecenderungan Injil Keempat menerima sebagai fakta kemenonjolan Petrus, namun menurut sebagian penafsir ini merupakan bukti yang sangat kuat bahwa fakta ini sudah sangat diketahui jemaat mula-mula yang tidak dapat disangkal secara langsung ataupun diturunkan secara diam-diam, namun hanya diminimalkan. Hanya sifat eksklusif dari posisi unik Petruslah yang ditentang, sementara dalam hal lainnya karakter berbeda dari peran kedua murid tersebut ditekankan.

 

Persaingan Peran Petrus dan Murid Yang Dikasihi

            Peran Petrus dan peran Murid Yang Dikasihi tampak seakan-akan bersaing dalam kemenonjolannya dalam Injil Keempat ini. Hal ini terlihat jelas, misalnya dalam kisah Passion, terutama dalam Perjamuan Terakhir (13:24), dimana Petrus harus berpaling kepada Murid Yang Dikasihi, yang bersandar di dada Tuhan, untuk mengetahui rahasia Yesus. Lagi-lagi hal ini tampak dalam pasal 18:15, di mana Murid Yang Dikasihi masuk bersama-sama dengan Yesus ke halaman imam besar, sementara Petrus tetap di luar di depan gerbang.

Lebih khusus lagi adalah disaat paling menentukan, di kaki salib, bukan Petrus tetapi Murid Yang Dikasihilah yang ada di sana, dan dialah yang dibedakan dengan cara yang cukup spesial oleh ucapan yang ditujukan kepadanya oleh Dia Yang Disalibkan. Lebih jauh lagi, penulis menceritakan bagaimana Murid Yang Dikasihi sebagai yang pertama datang (20:4) ke kuburan tetapi tidak masuk, sementara Petrus barulah datang sesudahnya tetapi masuk ke dalam. Murid Yang Dikasihi masuk ke kuburan setelah Petrus masuk, tetapi di lain pihak hanya disebutkan tentang Murid Yang Dikasihi bahwa ia “percaya” begitu ia melihat (20:8).

 

Posisi Petrus Sebagai “Yang Pertama” Menurut Injil Yohanes

            Dalam Yohanes 1:41, kita dapati bahwa murid-murid Yesus yang pertama adalah dua mantan murid Yohanes Pembaptis, satu tak disebutkan namanya dan satu lagi Andreas saudara Petrus. Dengan demikian Petrus di sini bukanlah murid “pertama”. Namun demikian, setelah kedua murid ini, yang pertemuannya dengan Yesus agaknya berfungsi sebagai semacam pendahuluan, Petruslah murid pertama yang datang kepada Yesus.

Ternyata, penulis Injil ini juga berbicara dalam ayat 41 tentang murid “pertama”, dan ini bisa mengacu kepada Petrus. Namun demikian, penulisan dalam Injil ini berbeda-beda dalam hal penyebutan “yang pertama”. Ada sebutan “yang pertama” dalam bentuk nominatif, dan dengan demikian Andreas dinyatakan sebagai yang pertama, lalu kemudian menjumpai saudaranya Petrus. Dalam kasus ini ditegaskan bahwa kehormatan sebagai “yang pertama” adalah milik dari kedua mantan murid Yohanes Pembaptis, dia yang tidak disebutkan namanya dan Andreas. Di bagian lainnya ada sebutan “yang pertama” dalam bentuk akusatif.

Dalam nas ini (pasal 1), Petrus mendapat peringkat terhormat “yang pertama”, namun hanya sepanjang dia merupakan yang pertama ditemukan dan dibawa kepada Yesus oleh saudaranya, mantan murid Yohanes Pembaptis. Namun dalam pasal 20, penulis Injil Yohanes bermaksud menunjukkan hubungan yang menonjol antara Petrus dan murid yang tidak disebutkan namanya, yang mungkin identik dengan Murid Yang Dikasihi dan yang merupakan murid dari Yohanes Pembaptis saat ia bertemu Yesus untuk pertama kalinya. Di sini juga tampak bahwa penulis bukan bermaksud menyangkal posisi menonjol Petrus, tetapi ingin menunjukkan bagaimana murid yang tidak disebutkan namanya adalah “pertama” dalam hal lainnya, yakni dalam cara ia menjadi murid Yesus.

            Kecenderungan ini bahkan lebih jelas dari sudut pandang fakta bahwa di sini di bagian awal sekali Andreas mengucapkan pengakuan akan Yesus sebagai Mesias, sementara Petrus baru mengakui hal ini kemudian (pasal 6:68). Namun, sebagaimana harus kita sebutkan di sisi lain, Injil Yohanes mengakui dengan cepat bahwa Yesus memberikan gelar kehormatan kepada Petrus, “Batu Karang”, dan seperti yang kita ketahui, Injil ini menempatkan kejadian ini di bagian awal sekali (pasal 1:42).

 

Sikap Ganda Penulis Injil Yohanes Tentang Posisi Unik Petrus

            Sikap ganda yang sama terhadap posisi unik Petrus ditemukan kembali dalam pasal pelengkap, yakni pasal 21, yang dengan demikian dalam hal ini sesuai dengan pasal 1 sampai 20. Di satu sisi, posisi unik Petrus diakui dengan tegas, sementara di sisi lain, itu berkurang karena dikonfrontasikan dengan posisi unik Murid Yang Dikasihi. Di bagian awal cerita dalam pasal 21 ini diceritakan tentang kemunculan Yesus di Danau Galilea, dan Petrus adalah yang pertama disebutkan dari sekumpulan murid-murid yang didaftarkan. Di lain pihak, Murid Yang Dikasihi adalah yang pertama mengakui Tuhan, tetapi Petrus lagi-lagi yang pertama pergi bersamanya. Dengan demikian keparalelan kedua posisi unik ini juga menandai pasal ini.

Ini mencapai klimaksnya dalam percakapan, setelah mujizat, yang terjadi antara Dia Yang Bangkit dan Petrus. Ulasan ini merupakan ciri dari cara dengan mana penulis pasal ini, yang, tidak soal siapa dia, termasuk ke dalam lingkaran Yohanes, memahami arti dari Injil Yohanes secara keseluruhan. Ia menunjukkan penguasaan ini dengan menempatkan dengan tepat di akhir percakapan ini semacam mahkota atau klimaks. Untuk itu, ia mungkin terlalu menekankan tujuan ini yang jelas dimiliki Penginjil Keempat.

Tetapi di lain pihak, ia memahami konsepsi Penginjil dengan tepat, dimana dengan cara yang cukup analog ia mensetting kedua murid secara head to head dan menunjukkan bagaimana Dia Yang Telah Bangkit memberikan posisi unik kepada mereka masing-masing untuk masa mendatang, tetapi memberikan peran yang berbeda kepada mereka masing-masing. Petrus disetting pada jabatan gembala, sementara kepada Murid Yang Dikasihi, dijanjikan bahwa ia akan hidup lebih lama dari Petrus. Dalam konteks ini janji tersebut cukup mungkin menandakan bahwa Murid Yang Dikasihi akan mengemban suatu tugas yang walaupun serupa namun, seperti dalam Injil keseluruhan, dengan jenis yang agak berbeda.

            Dengan demikian Injil Yohanes, berbeda dari Injil Sinoptik tepatnya karena mempunyai kecenderungan menekankan Murid Yang Dikasihi, menegaskan secara tak langsung hasil ke mana kita diarahkan oleh survei atas nas-nas Injil Sinoptik tentang si murid Petrus: Dari antara murid-murid Yesus, menurut kesaksian dengan suara bulat dari tradisi injil, Petrus menempati posisi representatif unik.

 

Posisi Petrus Setelah Kematian Yesus

            Selama hidup Yesus, Petrus memang tidaklah memegang peran pemimpin dalam kaitannya dengan rekan-rekannya murid, namun agaknya dia selalu menjadi juru bicara mereka, wakil mereka dalam tindakan yang baik maupun dalam tindakan yang buruk. Sang Guru juga tidak pernah kita baca ada memberikan fungsi pemimpin kepadanya selama masa kehidupan-Nya di dunia. Lebih jauh lagi, Yesus menyerahkan kepada Petrus (Luk. 22:31-32; Yoh. 21:15-17) kewajiban khusus terhadap saudara-saudaranya, dimana semuanya berkenaan dengan masa mendatang, masa setelah kematian Yesus. Dengan demikian tradisi injil tahu bagaimana membedakan antara posisi Petrus sebelum dan setelah kematian Yesus.

            Berdasarkan fakta ini, kita haruslah menganggap tidak mungkin ada dipresentasikan pernyataan bahwa kemnonjolan Petrus dalam lingkaran murid-murid Yesus hanyalah sebagai pendahuluan dari posisi yang benar-benar dipegangnya di dalam Jemaat Mula-mula, setelah kematian Yesus. Ia dianggap tidak mendapat posisi yang utama sama sekali dalam kaitannya dengan kelompok Dua Belas. Sebaliknya, ia hanya tampak sebagai perwakilan dari para murid. Apa yang mereka semua representasikan, lakukan dan pikirkan, diwujudkan dalam ekspresi yang sangat kuat pada pribadi Petrus.

 

Posisi Unik Petrus Dalam Kaitannya Dengan Gelar “Batu Karang”

            Mungkin ada yang tergoda untuk menganalisis lebih jauh dan bertanya, bagaimana seharusnya kemenonjolan posisi Petrus ini dijelaskan. Hal ini disebabkan adanya asumsi bahwa pemberian gelar “Batu Karang” oleh Yesus sangat menguatkan kesadaran Petrus sebagai seorang murid? Atau sebaliknya, bersamaan dengan pemberian gelar ini, akankah itu dapat dijelaskan atas dasar psikologis menurut karakter Petrus? Kemungkinan yang disebut terakhir ini memang sering dipertimbangkan. Petunjuk akan hal itu diperoleh dari fakta bahwa sepanjang umur Yesus, Petrus sama sekali tidak menunjukkan dirinya “batu karang”, justru sebaliknya, kelemahan manusiawinyalah yang sangat mencolok.

Situasi di Danau Genesaret memberikan illustrasi konkrit tentang karakter Petrus. Ia bersifat impulsif dan antusiastik. Dalam ledakan antusiasme spontan, ia tidak segan-segan menerjunkan dirinya ke danau ketika Yesus memanggilnya, tetapi keberaniannya segera memudar dan ketakutanpun melanda dirinya. Petruslah yang pertama mengakui dengan suara keras kesetiaannya kepada Gurunya, tetapi ia pulalah yang pertama menyangkal-Nya di masa bahaya. Banyak kalangan jadinya mengasumsikan bahwa karakter inilah tepatnya, beserta kontradiksi-kontradiksinya yang mencolok, yang menjadikan Petrus tampak sebagai murid dengan kekuatan psikologis spesial untuk menjadi “batu karang” di antara murid-murid yang lain. Antusiasme yang luar biasa dan semangat yang berapi-api dari murid ini disebut-sebut ternyata merupakan kualitas-kualitas manusia yang diperlukan agar pantas menerima gelar kehormatan sedemikian. Akan tetapi, instabilitas dan kelemahannya disebut-sebut merupakan satu-satunya sisi gelap dari kualitas-kualitas ini.

            Namun demikian, tidaklah mungkin memberikan dasar psikologis untuk posisi unik Petrus dan untuk pemberian gelar ini kepadanya. Memang, kita sama sekali tidak perlu dan tidak boleh bertanya mengapa Yesus memilihnya sebagai “batu karang” dan bukan memilih murid lainnya. Akan tetapi, mungkin juga merupakan kekeliruan mengatakan bahwa posisi representatif dari si murid Petrus dan kualitas-kualitas yang disebutkan hanya berasal dari pemberian gelar. Tidaklah mungkin bisa kita katakan bahwa hanya dengan tindakan ini ia menjadi sadar bahwa di dalam pribadinya ia merepresentasikan totalitas murid-murid, bahkan selama awal kehidupan Yesus. Sekali lagi kita hanya bisa menyatakan fakta ini: Petrus membiarkan kita melihat dengan jelas segala sesuatu yang melibatkan panggilan untuk menjadi murid dalam kelemahan dan keistimewaan manusia.

            Untuk pertanyaan, apakah kemenonjolan Petrus akan dijelaskan oleh pemberian gelar, atau sebaliknya, apakah pemberian gelar dilandasi oleh kemenonjolan aktualnya, mungkin tidak ada jawaban mudah. Dalam kenyataannya apa yang berlaku agaknya adalah tindakan timbal-balik. Yesus lebih tahu daripada siapapun perihal kualitas-kualitas Petrus, baik itu kualitas baik maupun kualitas buruk, dan Dia memperhitungkannya dalam pandangan-Nya tentang tugas yang Ia canangkan untuk diemban murid-murid-Nya. Akan tetapi, di lain pihak, perbedaan spesial dengan dinyatakannya murid ini sebagai manusia batu karang didasarkan pada tindakan keputusan berdaulat penuh sang Guru, tindakan yang mungkin menguatkan Petrus dalam peran representatif yang memang telah diberikan sifatnya kepadanya.

Comments

Popular posts from this blog

Bersukacita dalam Penderitaan

Jadilah Cerminan Kasih Tuhan

Sehati Sepikir dalam Satu Kasih