Berdoa Dengan Tidak Jemu-Jemu
BERDOA DENGAN TIDAK
JEMU-JEMU
Oleh: Pnt. Drs. Beltasar
Pakpahan
1 Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada
mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak
jemu-jemu.
2 Kata-Nya: “Dalam sebuah kota ada seorang
hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorangpun.
3 Dan di kota itu ada seorang janda yang selalu
datang kepada hakim itu dan berkata: Belalah hakku terhadap lawanku.
4 Beberapa waktu lamanya hakim itu menolak.
Tetapi kemudian ia berkata dalam hatinya: Walaupun aku tidak takut akan Allah
dan tidak menghormati seorangpun,
5 namun karena janda ini menyusahkan aku,
baiklah aku membenarkan dia, supaya jangan terus saja ia datang dan akhirnya
menyerang aku.”
6 Kata Tuhan: “Camkanlah apa yang dikatakan
hakim yang lalim itu!
7 Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang
pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur
waktu sebelum menolong mereka?
8 Aku berkata kepadamu: Ia akan segera
membenarkan mereka. Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia
mendapati iman di bumi?”
(Lukas
18:1-8)
PENDAHULUAN
Ketika kita berdoa sesungguhnya kita
sedang menyatakan kebutuhan kita akan Allah. Selain itu, juga menyatakan
ketergantungan kita pada-Nya. Melalui perumpamaan seorang janda dan hakim yang
lalim, Yesus mengajarkan kepada murid-murid-Nya bahwa mereka harus selalu
berdoa dan jangan pernah menyerah sampai mendapatkan jawaban atas permohonan
mereka. Lamanya penantian atas sebuah jawaban doa hendaknya tidak membuat para
murid menyerah lalu berhenti berdoa. Untuk itu perlu dipahami bahwa doa yang
terus menerus dinaikkan bukanlah tanda kurangnya iman, tetapi justru merupakan
ciri kegigihan orang yang beriman dalam berdoa. Karena punya semangat pantang
menyerah, si janda dalam nas ini tidak pernah diam dalam penantian akan jawaban
permohonannya. Dengan gigih ia terus saja meminta, maka pada akhirnya ia
beroleh jawaban atas kegigihannya.
HAKIM
YANG LALIM
Hakim ini tidak takut akan Allah (ay. 2) dan tidak menghormati seorangpun. Ia tidak peduli akan kewajibannya baik terhadap Allah maupun manusia. Bukanlah hal yang aneh jika mereka yang tidak gentar terhadap Sang Pencipta juga akan tak acuh terhadap sesama mereka, karena kalau takut akan Allah tidak ada pada diri seseorang, maka tidak ada yang baik yang bisa diharapkan daripadanya.
Orang yang tidak saleh dan tidak
berperikemanusiaan sangatlah jahat, apalagi kalau yang bertindak demikian
adalah seorang hakim, yang punya kuasa di tangannya. Seorang hakim yang punya
kuasa demikian harus dituntun oleh prinsip-prinsip agama dan keadilan, karena
kalau tidak, bukannya melakukan kebaikan dengan kuasanya itu, hakim tersebut
malah akan membahayakan diri orang lain. Salah satu dari kefasikan paling besar
yang dilihat Raja Salomo di dunia adalah bahwa di tempat pengadilan, di situpun
terdapat ketidakadilan (Pkh. 3:16).
JANDA
MISKIN
Seorang janda miskin dengan keadaan yang menyesakkan, yang membuatnya harus memohon di hadapan si hakim lalim, karena ia diperlakukan dengan tidak adil oleh seseorang yang menindasnya dengan menggunakan kekuasaan dan ancaman. Jelas terlihat bahwa janda ini berada di pihak yang benar, namun kelihatannya dalam mencari keadilan bagi dirinya, ia tidak mengikuti aturan hukum yang telah ditetapkan. Ia secara pribadi memohon kepada si hakim lalim setiap hari dengan berseru di depan rumahnya, “Belalah hakku terhadap lawanku” (ay. 3), atau dengan kata lain, ‘Berikanlah keadilan kepadaku atas lawanku’.
Janda miskin ini tidak bermaksud untuk
menuntut pembalasan dendam terhadap lawannya berperkara atas segala yang telah
dilakukan orang itu terhadapnya. Ia hanya meminta agar orang itu diwajibkan
untuk mengembalikan apa yang telah ia rampas daripadanya, dan agar orang itu
jangan menindas dirinya lagi. Janda-janda yang malang sering mempunyai banyak
musuh yang dengan biadab memanfaatkan keadaan mereka yang lemah dan tidak
berdaya untuk merampas hak-hak mereka dan memperdayai milik mereka yang
biasanya tidak seberapa. Untuk inilah para hakim ditugaskan untuk
memperjuangkan perkara janda-janda (Yes. 1:17), untuk menjadi pengayom dan
pelindung bagi mereka. Para hakim harus seperti allah bagi mereka, karena
demikianlah Allah adanya (Mzm. 68:5).
KEGIGIHAN JANDA MISKIN
Seperti yang biasa dilakukannya, hakim itu memandang rendah janda miskin ini, mengabaikan maksud tujuannya, berpura-pura tidak mengetahui segala ketidakadilan yang dilakukan musuhnya kepadanya, karena janda itu tidak memiki sogokan untuk diberikan kepadanya. Tidak ada orang besar yang diseganinya yang berbicara atas nama janda itu, sehingga hakim itu tidak tergerak hatinya sama sekali untuk menangani keluh kesahnya.
“Karena janda ini menyusahkan aku”
(ay. 5), terus membuat masalah bagiku,
maka aku akan mendengarkan maksudnya, dan memberi keadilan kepadanya, supaya
jangan sampai karena seruannya yang tidak pernah berhenti terhadapku, ia
membuat namaku menjadi jelek. Inilah yang menjadi pertimbangan si hakim lalim
itu. Supaya ia tidak membuatku lelah
dengan seruannya, karena ia sangat gigih sehingga ia tidak akan membiarkan aku
tenang sebelum perkaranya selesai. Begitulah janda itu akhirnya mendapat
keadilan karena ia terus menerus memohon-mohon. Hakim itu terpaksa
melakukannya, supaya terhindar dari janda itu. Hati nuraninya, yang sama
buruknya seperti dirinya, tidak ingin direpotkan dengan menjebloskan janda itu ke
dalam penjara karena telah menghina pengadilan.
BERDOA DENGAN IMAN DAN KEGIGIHAN
Kalau janda dalam nas ini saja berhasil dengan kegigihannya, lebih-lebih lagi kita anak-anak-Nya akan sangat berhasil apabila kita berdoa dengan iman dan kegigihan. Betapa tidak:
1)
Janda itu adalah seorang asing,
tidak memiliki hubungan apapun dengan hakim tersebut. Akan tetapi, kita yang
berdoa adalah orang-orang pilihan-Nya, orang-orang yang Ia kenal, yang Ia
kasihi dan sumber sukacita-Nya, dan yang selalu Ia pedulikan.
2)
Janda itu datang kepada hakim
yang menyuruhnya untuk menjauhinya, namun kita datang kepada Bapa kita yang
meminta kita menghampiri-Nya dengan penuh keberanian dan yang mengajarkan kita
untuk berseru, Ya Abba, Ya Bapa.
3)
Janda itu datang kepada hakim
yang lalim, kita datang kepada Bapa yang adil (Yoh. 17:25), pribadi yang peduli
dengan kemuliaan-Nya dan kelegaan bagi ciptaan-Nya yang malang, khususnya
mereka yang menderita, seperti janda-janda dan anak yatim.
4)
Janda itu tidak mempunyai teman
yang membelanya untuk menguatkan perkaranya dan yang benar-benar peduli
terhadap dirinya, tetapi kita memiliki Pembela yang berbicara kepada Bapa, yang
adalah Anak-Nya sendiri, yang selamanya hidup sebagai Pengantara bagi kita dan
yang memiliki hak penuh di sorga.
5)
Janda itu hanya dapat menemui
hakim tersebut sewaktu-waktu, tetapi kita dapat berseru kepada Allah siang dan
malam, sepanjang waktu, sehingga kita dapat lebih berharap bahwa kita akan
berhasil jika kita gigih di dalamnya.
6)
Kegigihan janda itu
membangkitkan amarah hakim tersebut sehingga ia mungkin merasa takut bahwa hal
tersebut akan membuat hakim itu memperlakukannya dengan lebih buruk. Tidak
demikian halnya dengan kita, kegigihan kita berdoa malah menyenangkan hati
Allah. Doa yang dipanjatkan oleh orang yang adil benar adalah kegirangan
bagi-Nya. Oleh karena itu, kita dapat berharap bahwa do akita akan sangat
membuahkan hasil jika dipanjatkan dengan gigih.
ANAK MANUSIA AKAN DATANG MEMBELA
PERKARA ORANG-ORANG PILIHAN-NYA
Ia akan datang dalam pemeliharaan-Nya untuk membela perkara orang-orang-Nya yang terluka pada segala zaman. Namun, ketika Ia datang, akankah Ia menemukan iman di bumi? (ay. 8) Ini berarti bahwa hanya di bumi saja ada kesempatan untuk memiliki iman, karena para pendosa di neraka akan merasakan apa yang mereka tolak untuk diimani, dan orang-orang kudus di sorga akan menikmati apa yang mereka Imani. Ia mengamati anak-anak manusia dan tidak bertanya, Apakah ada yang tidak bersalah? namun, Apakah ada iman? Ia bertanya mengenai iman mereka yang datang kepada-Nya untuk disembuhkan.
Secara umum, Anak Manusia hanya akan
menemukan sedikit orang yang adil benar, sedikit orang yang benar-benar dan
sungguh-sungguh baik. Bahkan Ia hanya akan menemukan sedikit saja kesetiaan di
antara manusia. Bahkan sampai pada akhir zaman, masih akan ada keluh kesah yang
sama mengenai hal ini. Dunia tidak akan menjadi lebih baik. Tidak, karena dunia
sedang mendekati akhirnya. Dunia ini jahat, dan akan jahat, dan akan menjadi
paling jahat tepat sebelum kedatangan Kristus. Akhir zaman akan menjadi masa
yang paling berbahaya.
REFLEKSI
Kadang kala ketika masalah hidup terasa menekan, kita malah berhenti berdoa. Ketika merasa bahwa jawaban atas doa kita terlalu lama diberikan, kita berhenti menantikan campur tangan Allah dalam hidup kita. Perumpamaan ini diberikan kepada kita agar kita tidak patah semangat dalam berdoa. Tidak ada seorangpun dari kita yang lebih lemah daripada janda itu. Lagi pula, kita berharap pada Allah, yang kebaikan-Nya melebihi luasnya samudera dan kasih setia-Nya melebihi tingginya gunung. Allah pasti akan menyatakan keadilan-Nya atas kita, orang-orang yang dipilih dan dikasihi-Nya. Oleh karena itu kita orang-orang percaya, meskipun ada masa hampir-hampir putus atas, pantang menyerah. Jangan berhenti menantikan jawaban atas doa kita.
Comments
Post a Comment