Pertandingan Iman Yang Benar

PERTANDINGAN IMAN YANG BENAR

 

Oleh: Pnt. Drs. Beltasar Pakpahan

 

11  Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan.

12  Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal. Untuk itulah engkau telah dipanggil dan telah engkau ikrarkan ikrar yang benar di depan banyak saksi.

13  Di hadapan Allah yang memberikan hidup kepada segala sesuatu dan di hadapan Kristus Yesus yang telah mengikrarkan ikrar yang benar itu juga di muka Pontius Pilatus, kuserukan kepadamu:

14  Turutilah perintah ini, dengan tidak bercacat dan tidak bercela, hingga pada saat Tuhan kita Yesus Kristus menyatakan diri-Nya,

15  yaitu saat yang akan ditentukan oleh Penguasa yang satu-satunya dan yang penuh bahagia, Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan.

16  Dialah satu-satunya yang tidak takluk kepada maut, bersemayam dalam terang yang tak terhampiri. Seorangpun tak pernah melihat Dia dan memang manusia tidak dapat melihat Dia. Bagi-Nyalah hormat dan kuasa yang kekal! Amin.

(1 Timotius 6:11-16)

 

PENDAHULUAN

Mempertahankan iman yang benar terhadap serangan ajaran sesat dilukiskan Paulus seperti peperangan dan pertandingan atletik. Paulus menasehatkan demikian karena sebagian anggota jemaat telah menyimpang dari iman, dan karena itu perjuangan untuk mempertahankan iman itu semakin mendesak. Baik pertandingan maupun peperangan menuntut usaha yang tidak setengah-setengah. Sebagai ‘manusia Allah’, identitas hamba Allah, yang serupa dengan ‘abdi Allah’ dalam Perjanjian Lama (mis. Musa, Samuel, Daud, dll.) dan pemimpin jemaat, Timotius harus menjauhi “cinta uang” dan berbagai kejahatan yang mengikutinya. Sebaliknya, ia harus mengejar sifat-sifat yang diperlukan untuk memenangkan pertandingan itu. Yang menjadi pegangan Timotius dalam pertandingan ini adalah ‘hidup kekal’ yang telah diterimanya ketika ia dipanggil (bertobat) dan dibaptis (berikrar di depan banyak saksi).

 

IDENTITAS HAMBA TUHAN

Paulus memanggil Timotius sebagai manusia Allah. Identitas para hamba Tuhan memang adalah manusia Allah, dan karena itu harus berperilaku sepantasnya dalam segala hal. Mereka adalah orang-orang yang dipekerjakan Allah, berbakti pada kehormatan-Nya dengan lebih giat lagi. Sebagai manusia Allah, Paulus menasehatkan Timotius agar berhati-hati terhadap sikap cinta akan uang yang telah merusak banyak orang. Melekatkan hati pada hal-hal duniawi tidak baik dilakukan oleh siapapun, tetapi terutama manusia-manusia Allah yang seharusnya lebih menggemari hal-hal mengenai Allah.

Untuk mempersenjatai dirinya melawan rasa cinta pada dunia ini, Paulus memerintahkan Timotius untuk mengejar hal-hal yang baik, yaitu keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan (ay. 11). Keadilan dalam pergaulannya dengan manusia lain, ibadah terhadap Allah, kesetiaan dan kasih sebagai prinsip hidup untuk menyokong dan membawanya berjalan terus dalam menjalani keadilan dan ibadah. Orang-orang yang mengejar keadilan dan ibadah, berdasarkan kesetiaan dan kasih, perlu memiliki kesabaran dan kelembutan, yaitu kesabaran untuk menanggung teguran dari Sang Pemelihara dan cacian dan cemoohan dari manusia, serta kelembutan untuk mendidik para penentang dan menghadapi penghinaan serta malapetaka yang dilakukan terhadap kita.

 

PERJUANGAN/PERTANDINGAN IMAN

Paulus mendorong Timotius untuk melakukan bagiannya sebagai seorang pejuang, yaitu bertanding dalam pertandingan iman yang benar. Orang-orang yang ingin masuk sorga harus memperjuangkan jalan mereka menuju ke sana, karena pasti ada pertentangan dengan berbagai kejahatan dan godaan, dan perlawanan dari kuasa-kuasa kegelapan. Pertarungan itu adalah pertandingan iman. Kita tidak berjuang secara duniawi, sebab senjata kita dalam perjuangan ini bukanlah senjata duniawi (2 Kor. 10:3-4).

Dalam pertandingan iman ini, Paulus mendorong Timotius untuk merebut hidup yang kekal. Hidup kekal adalah mahkota yang ditawarkan kepada kita sebagai penyemangat juang. Itulah yang harus kita rebut sebagai orang-orang yang takut gagal mendapatkannya dan kehilangannya. Peganglah apa yang ada padamu, supaya tidak seorangpun mengambil mahkotamu (Why. 3:11). Jadi kita dipanggil untuk berjuang dan merebut hidup yang kekal.

Ikrar yang diikrarkan oleh Timotius dan semua hamba Allah yang setia di depan banyak saksi adalah ikrar yang baik, yaitu saat mereka dilantik dengan penumpangan tangan oleh penatua. Sebab mereka berikrar dan terlibat untuk bertanding dalam pertandingan iman yang benar dan untuk merebut hidup yang kekal. Panggilan dan ikrar mereka mengharuskan mereka untuk melakukan pertandingan ini.

 

KESETIAAN DALAM PERJUANGAN/PERTANDINGAN IMAN

Rasul Paulus memerintahkan Timotius untuk menuruti perintah ini, yaitu seluruh pekerjaan pelayanannya, segala kepercayaan yang sudah diberikan kepadanya, semua pelayanan yang diharapkan darinya, dengan tidak bercacat dan tidak bercela. Demikianlah dia harus bersikap dalam pelayanannya itu supaya dia tidak menempatkan dirinya untuk dipersalahkan atau dicemari. Ini diserukan Paulus kepada Timotius sebab dia harus mempertanggungjawab-kannya di hari agung itu di hadapan Allah yang melihat siapa kita dan apa yang kita lakukan. Ini selayaknya menggiatkan kita untuk melayani Allah yang memberi hidup kepada segala sesuatu.

Paulus juga menyerukan perintah itu kepada Timotius di hadapan Kristus Yesus, yang memiliki kaitan istimewa dengan dirinya sendiri sebagai hamba dari Injil-Nya; yang telah mengikrarkan ikrar yang benar itu juga di muka Pontius Pilatus. Kristus mati bukan hanya sebagai korban, melainkan juga sebagai martir, dan Dia mengucapkan ikrar yang benar ketika didakwa di hadapan Pilatus. Ikrar-Nya yang benar di hadapan Pilatus: “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini…” (Yoh. 18:36-37), seharusnya sudah cukup bagi seluruh pengikut-Nya, baik para hamba-Nya dan juga orang-orang lain, untuk menarik mereka dari cinta akan dunia ini.

 

KESETIAAN HINGGA AKHIR

Timotius harus menuruti perintah yang disampaikan Paulus “hingga pada saat Tuhan kita Yesus Kristus menyatakan diri-Nya” (ay. 14). Paulus di sini mau mengatakan, Turutilah sepanjang hidupmu sampai Kristus datang pada hari kematianmu untuk melepaskanmu dari tugas itu. Turutilah perintah itu dengan hati-hati sampai kedatangan-Nya yang kedua kali, saat kita semua harus mempertanggungjawabkan talenta yang sudah dikaruniakan kepada kita (Luk. 16:2). Jadi, Tuhan Yesus Kristus akan menyatakan diri-Nya, dan penampakan-Nya itu akan penuh dengan kemuliaan, tidak seperti kedatangan-Nya yang pertama kali ketika Dia datang dalam kesederhanaan.

Para hamba Tuhan harus mengarahkan pandangan kepada penyataan dari Tuhan Yesus Kristus dalam segala pelayanan mereka, dan sampai hari itu tiba, mereka harus menuruti perintah ini dengan tidak bercacat dan tidak bercela. Penampakan Kristus itu pasti, tetapi kita tidak berhak mengetahui waktu dan musimnya, yang disimpan rapat-rapat oleh Bapa dalam kuasa-Nya sendiri. Biarlah kita mencukupkan diri dengan ini, yaitu bahwa Dia akan memperlihatkannya pada saatnya, pada waktu yang dianggap-Nya tepat untuk itu.

 

KEMULIAAN ALLAH

Allah adalah Penguasa yang satu-satunya (ay. 15). Kuasa para penguasa dunia ini semuanya berasal dari Dia, dan tergantung pada-Nya. Pemerintah-pemerintah yang ada ditetapkan oleh Allah (Roma 13:1). Dia adalah satu-satunya penguasa yang mutlak dan berdaulat, dan benar-benar merdeka. Dia adalah Penguasa yang satu-satunya dan yang penuh bahagia, benar-benar bersukacita, dan tidak ada satu hal pun yang dapat mencemari kebahagiaan-Nya. Dia adalah Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan. Inilah gelar Kristus, tertulis pada jubah-Nya dan paha-Nya (Why. 19:16), sebab nama-Nya lebih tinggi dari raja manapun di dunia ini Semua raja di dunia ini mendapatkan kuasa mereka dari-Nya.

Dialah satu-satunya yang tidak dapat mati (ay. 16). Hanya Dia saja yang kekal, dan memiliki kekekalan karena Dia adalah sumbernya, sebab kekekalan pada malaikat dan roh berasal dari-Nya. Dia bersemayam dalam terang yang tidak dapat didekati, terang yang tak terhampiri; tidak seorangpun dapat masuk ke sorga selain dari orang-orang yang berkenan dibawa-Nya ke sana dan diakui-Nya masuk ke dalam kerajaan-Nya. Dia tidak terlihat. Seorangpun tak pernah melihat Dia dan memang manusia tidak dapat melihat Dia. Mustahil mata yang fana dapat tahan memandang kemilau kemuliaan sorgawi. Tidak ada manusia yang dapat melihat Allah dan hidup. “Bagi-Nyalah hormat dan kuasa yang kekal!” (ay.16)/

 

REFLEKSI

Ketika kita percaya Kristus, kita adalah manusia Allah dan bukan manusia duniawi. Kita milik Allah dan mengabdi kepada Dia, sang Pemilik hidup kita. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kita mengejar hal-hal yang rohani, bukan hal-hal yang duniawi; mengejar karakter dan kekayaan rohani, bukan kekayaan duniawi. Seorang manusia Allah hadir di tengah dunia untuk mengajarkan tentang iman kepada Allah dan membimbing saudara yang lemah. Sebagai manusia Allah, kita orang-orang percaya harus berjuang untuk menghadirkan Kerajaan Allah dengan nilai-nilai-Nya yang akan membawa umat manusia pada kekayaan sejati. Selama kedatangan kembali Yesus sebagai Penguasa belum terjadi, kita akan terus berjuang dan berpegang pada kebenaran Injil sebab itulah panggilan kita.

Comments

Popular posts from this blog

Bersukacita dalam Penderitaan

Jadilah Cerminan Kasih Tuhan

Sehati Sepikir dalam Satu Kasih