Teguran Terkait Kekuatiran
TEGURAN TERKAIT KEKUATIRAN
Oleh: Pnt. Drs. Beltasar
Pakpahan
25 "Karena itu Aku berkata kepadamu:
Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang “hendak kamu makan atau minum, dan
janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah
hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada
pakaian?
26 Pandanglah burung-burung di langit, yang
tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung,
namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi
burung-burung itu?
27 Siapakah di antara kamu yang karena
kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?
28 Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian?
Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa
memintal,
29 namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam
segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu.
30 Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di
ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan
terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya?
31 Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata:
Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami
pakai?
32 Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak
mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan
semuanya itu.
33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan
kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.
34 Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari
besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari
cukuplah untuk sehari.”
(Matius
6:25-34)
PENDAHULUAN
Kehidupan adalah karunia Tuhan yang
sangat berharga. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari. Situasi keterbatasan
dalam kemiskinan dan kekurangan tidak boleh dijadikan alasan untuk tidak
mengutamakan Kerajaan dan kebenaran Allah terlebih dahulu. Yang harus dikuatirkan
tentang hari esok adalah Kerajaan Allah yang sudah dekat, sudah datang, dan
hadir dalam dunia ini dengan kebenaran-Nya. Kekuatiran akan kecukupan kebutuhan
hidup sehari-hari merupakan tanda ketidakpercayaan kepada janji Allah.
Sedangkan perasaan kuatir akan Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya adalah kekuatiran
yang benar. Karena hal itu menunjukkan tanda bahwa kita adalah orang beriman.
LARANGAN
UNTUK KUATIR
Tuhan Yesus memberikan nasihat dan perintah agar kita jangan kuatir tentang hal-hal di dunia ini. Peringatan-Nya tentang kekuatiran akan kepentingan-kepentingan duniawi ini diulang sampai tiga kali (ay. 25, 31, 34). Yang dilarang Yesus di sini adalah kekuatiran yang membuat gelisah dan menyiksa, yang sampai mengganggu sukacita di dalam Allah, dan mengaburkan pengharapan kita di dalam Dia, dan menghalangi kita untuk mensyukuri semua yang sudah diberikan Allah kepada kita. Juga termasuk dalam hal ini kekuatiran yang membuat kita ragu-ragu dan tidak percaya kepada janji-janji Allah untuk menyediakan bagi umat kepunyaan-Nya segala hal yang diperlukan bagi kehidupan dan kesalehan.
Jangan kuatir akan hidupmu dan keberlangsungannya. Serahkanlah kepada Allah untuk memperpanjang atau memperpendeknya sesuai kehendak-Nya. Masa hidup kita ada di dalam tangan Tuhan, yaitu di dalam tangan yang baik. Jangan kuatir akan kenyamanan hidup ini. Kita tidak boleh cemas, bahkan untuk hal yang sangat diperlukan untuk menopang hidup ini, yaitu makanan dan pakaian. Allah telah menjanjikan hal-hal ini, oleh sebab itu kita boleh mengharapkannya dengan lebih yakin lagi.
Janganlah
kita kuatir akan hari esok, akan masa yang akan datang. Janganlah cemas akan
masa depan, bagaimana kita akan hidup tahun depan, atau ketika kita sudah tua,
atau apa yang akan kita tinggalkan nanti saat kita pergi dari dunia ini. Sama
seperti kita tidak boleh bermegah akan hari esok, begitu pula kita tidak boleh kuatir
akan hari esok, atau apa yang bakal terjadi nanti.
HIDUP DAN
TUBUH LEBIH UTAMA
Hidup itu lebih penting daripada makanan dan tubuh itu lebih penting daripada pakaian (ay. 25). Hidup kita merupakan berkat yang lebih besar daripada sandang pangan kita. Makanan dan pakaian diperlukan untuk hidup, tetapi tujuan dari hidup itu sendiri lebih mulia dan lebih istimewa daripada sarananya. Makanan yang paling lezat dan pakaian yang paling mewah berasal dari bumi, tetapi hidup berasal dari nafas Allah. Hidup adalah terang manusia. Makanan hanyalah minyak yang menyalakan terang itu, sehingga dengan demikian perbedaan antara orang kaya dan orang miskin sangat tidak berarti, karena dalam hal-hal yang penting mereka berdiri setingkat/selevel, dan hanya berbeda dalam hal-hal yang kurang penting.
Ini merupakan
suatu dorongan bagi kita untuk mempercayai Allah dalam hal makanan dan pakaian,
sehingga kita bisa terlepas dari segala kekuatiran yang membingungkan
tentangnya. Allah telah memberi kita hidup, dan juga memberi kita tubuh. Ini
merupakan suatu tindakan kekuasaan, tindakan kebaikan, yang dilakukan tanpa kekuatiran
kita. Apa yang tidak dapat dilakukan oleh Dia yang sanggup melakukan itu semua?
Jika kita memperhatikan jiwa dan kehidupan kekal kita, yang lebih penting
daripada tubuh dan kehidupannya, maka kita dapat berserah kepada Allah untuk
menyediakan makanan dan pakaian kita, yang kurang penting sifatnya.
CONTOH
PEMELIHARAAN ALLAH
Pandanglah burung-burung di langit, dan perhatikanlah bunga bakung di ladang (ay. 26; 28-30). Ini merupakan penjelasan yang diambil dari contoh pemeliharaan Allah yang biasa terhadap makhluk-makhluk ciptaan-Nya yang lebih rendah, dan kebergantungan mereka, sesuai kemampuan masing-masing, pada pemeliharaan itu. Amatilah pemeliharaan Allah terhadap burung-burung itu. Pandanglah mereka dan belajarlah untuk percaya kepada Allah dalam hal makanan.
Pandanglah
bunga bakung, dan belajarlah untuk percaya kepada Allah dalam hal pakaian. Ia
tidak bekerja seperti manusia, untuk mendapatkan pakaian, atau seperti seorang
hamba, untuk mendapatkan seragamnya. Dari sini kita belajar bahwa Dia yang
menyediakan kebutuhan bagi makhluk-makhluk yang lebih rendah, tanpa mereka
harus bekerja, pasti akan terlebih lagi menyediakan kebutuhan bagi kita, dengan
memberkati jerih payah kita, yang telah dibuat-Nya sebagai kewajiban bagi kita.
Allah pasti sanggup melengkapi kita dengan apa yang kita perlukan.
KETIDAKBERGUNAAN
KEKUATIRAN
Ukuran sehasta menunjukkan bahwa yang dimaksudkan di sini adalah perawakan, sedangkan umur sepanjang-panjangnya hanyalah sejengkal (Mzm. 39:6). Kita tidak berada dalam keberadaan perawakan kita sekarang ini dengan kekuatiran dan kecemasan kita sendiri, melainkan dengan pemeliharaan Allah. Kita tidak dapat mengubah perawakan kita, itupun jika kita mau. Kita harus menerima keadaan kita, sama seperti kita harus menerima perawakan kita. Kita harus menggunakan kesempatan yang ada dalam keadaan kita, sehingga apa yang sulit dapat menjadi sesuatu yang baik. Apa yang tidak dapat diperbaiki harus dimanfaatkan sebaik mungkin.
Kita tidak
dapat mengubah apa yang diberikan Allah dalam pemeliharaan-Nya, dan oleh karena
itu kita harus menerimanya tanpa membantah, menyesuaikan diri dengannya, dan
melepaskan diri sedapat mungkin dari segala sesuatu yang menyusahkan.
Perhatikanlah Zakheus yang melawan ketidaknyamanan perawakannya dengan cara
memanjat pohon. Jadi pelajaran yang kita peroleh adalah bahwa kekuatiran itu
tidak menambah sehasta pun pada umur atau kehidupan kita, malahan kekuatiran
itu hanyalah melemahkan iman kita.
KERAJAAN
ALLAH SEBAGAI PRIORITAS UTAMA
Bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah mencari semua itu – sandang dan pangan – sebab mereka tidak mengenal hal-hal yang lebih baik. Mereka mendambakan dunia ini, sebab mereka adalah orang asing bagi dunia yang lebih baik. Mereka mencari hal-hal ini dengan rasa kuatir dan cemas, sebab mereka hidup tanpa Allah di dalam dunia dan tidak memahami pemeliharaan-Nya. Sebaliknya, orang-orang percaya diajar bahwa bagi mereka bukan saja ada pemeliharaan Allah, melainkan juga ada janji-janji-Nya untuk memberikan hidup yang sejahtera di dunia sekarang ini.
Kunci
mengatasi kekuatiran adalah “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya”
(ay. 33). Kewajiban kita adalah mencari, merindukan, mengejar dan mengarah
kepada hal-hal Kerajaan Allah. Carilah hal yang terutama setiap hari, biarlah
pada waktu pertama kali kita terjaga, pikiran-pikiran kita tertuju kepada
Allah. Biarlah ini menjadi prinsip hidup kita yang utama, yaitu melakukan apa
yang paling diperlukan terlebih dahulu, dan biarlah Dia Yang Pertama
mendapatkan yang pertama pula. Dan janji mulia ditambahkan, yaitu semuanya itu,
kebutuhan-kebutuhan hidup yang perlu, akan ditambahkan kepadamu, akan diberikan
dengan berlimpah.
REFLEKSI
Yesus
mengajar kita untuk mengubah cara pandang kita tentang kebutuhan materi. Ia
mengingatkan kita bahwa kebutuhan dalam hidup tidak sama dengan kehidupan itu
sendiri. Makanan, pakaian, tempat tinggal, dan harta adalah penunjang
kehidupan. Yang lebih penting untuk kita perhatikan dan yang menjadi
kepentingan utama perhatian Tuhan adalah kehidupan kita. Kita diajak Yesus
untuk menghargai hidup berdasarkan kasih dan perhatian-Nya, bukan berdasarkan
apa yang kita makan, pakai dan miliki. Kita perlu belajar dari hari ke hari
menundukkan perhatian kita tentang harta, makanan dan pakaian ke bawah
pemeliharaan dan pemerintahan Allah. Intinya adalah agar kita mendahulukan
Kerajaan Allah dan mempercayai bahwa Dia yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan
materi kita.
Comments
Post a Comment