Herodes (Pembantaian Anak-anak Tak Berdosa di Betlehem)
HERODES
(PEMBANTAIAN ANAK-ANAK TAK BERDOSA DI BETLEHEM)
Oleh: Pnt. Drs. Beltasar Pakpahan
“Ketika Herodes tahu, bahwa ia telah
diperdayakan oleh orang-orang majus itu, ia sangat marah. Lalu ia menyuruh
membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur
dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari
orang-orang majus itu.”
(Matius
2:16)
PENDAHULUAN
Betlehem adalah kota kecil yang hanya
sekitar lima mil jauhnya dari Yerusalem. Yusuf dan Maria telah melakukan
perjalanan dari kampungnya di Nazaret jauh di sebelah utara. Mereka pulang ke
Betlehem untuk mendaftarkan diri dalam sensus yang diadakan kala itu karena
mereka adalah keturunan Daud, yang pernah dilahirkan di Betlehem ribuan tahun
sebelumnya. Yesus lahir ketika mereka berada di sana. Semua ini terjadi pada
masa pemerintahan Raja Herodes Agung. Herodes bukanlah keturunan orang Yahudi.
Ia adalah keturunan Esau, orang Edom, atau Edumia. Nenek moyangnya telah
memeluk agama Yahudi. Bagaimanapun juga, orang-orang Yahudi selalu menghormati
Herodes dengan kecurigaan, dan menyebutnya sebagai ‘setengah Yahudi’.
KARAKTER JAHAT HERODES
Josephus, seorang sejarawan, menuliskan bahwa Herodes ditetapkan oleh pemerintah Roma sebagai penguasa Galilea ketika ia berumur dua puluh lima tahun. Kemudian, setelah Herodes menyuap Senat Romawi untuk menjadikannya Raja Palestina, ia dimahkotai menjadi raja Yahudi sesuai keputusan Kaisar Augustus di tengah pesta dan upacara yang sangat meriah.
Dr. Merrill F. Unger berkata, “Herodes
bukan hanya orang Edumia secara ras dan beragama Yahudi, namun dalam praktiknya
ia juga adalah seorang penyembah berhala dan memiliki karakter monster.
Sepanjang pemerintahannya sebagai raja ia telah membuktikan dirinya sendiri
sebagai orang yang sangat licik, pencuriga, kejam, dan pendendam. Ia
menunjukkan kekuasaannya dengan begitu lalim… Ia memiliki sembilan atau sepuluh
istri dan hanya oleh karena kecurigaan belaka menyebabkan ia membunuh istri
yang paling disayanginya, yaitu Mariamne, dan juga anak-anaknya, yaitu
Aristobulus dan Alexander… dan pada akhirnya, ketika ajalnya sudah dekat, hanya
lima hari sebelum kematiannya, ia memerintahkan untuk membinasakan putra
mahkotanya yaitu Antipater. Salah satu kejahatan yang paling busuk dari Herodes
adalah ketika ia berada di ranjang kematiannya menjelang ajal. Ia memberikan
perintah ‘agar semua pemimpin dari seluruh bangsa Yahudi’ harus segera
menghadap kepadanya. Kemudian ia memerintahkan untuk menutup pintu hippodrome
[gelanggang] itu dan mengepung mereka dengan para prajuritnya. Ia memerintahkan
agar segera setelah kematiannya sendiri, yang mana ia berharap segera setelah
kematiannya, mereka semua harus dibunuh, untuk menunjukkan ‘penghormatan
terakhir pada hari pemakamannya’. Penguasa kejam itu akhirnya meninggal, namun
pesannya untuk membunuh orang-orang di hippodrome tidak pernah dilaksanakan”
(Merrill F. Unger, Ph.D., The New Unger’s Bible Dictionary, Moody
Press, 1988, hal. 556-558).
PARA MAJUS TIDAK TAHU FAKTA TENTANG
HERODES
Orang-orang majus dari Timur itu tidak tahu fakta tentang Herodes. Mereka datang kepadanya dengan tulus dan polos seperti anak kecil, dan bertanya, “Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia” (Mat. 2:2). “Raja orang Yahudi?” Kecemburuan, kekejaman dan kelicikan hati Herodes terkejut dengan ketakutan yang luar biasa karena ada “Raja Yahudi” yang lain, yang akan merebut kedudukannya, dan merebut takhtanya. Oleh sebab itu raja ini mengutus mereka untuk menemukan anak itu, katanya, “Pergi dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai Anak itu dan segera sesudah kamu menemukan Dia, kabarkanlah kepadaku supaya akupun datang menyembah Dia” (Mat. 2:8).
Orang-orang majus itu menemukan bayi Yesus
di Betlehem, menyembah Dia, dan memberikan persembahan berharga mereka kepada
Dia. Namun mereka diperingatkan oleh Tuhan melalui mimpi (Mat. 2:12) untuk
tidak kembali kepada Herodes, dan oleh sebab itu mereka kembali ke negerinya
tanpa memberitahu raja itu di mana Yesus berada. Ketika Herodes tahu bahwa ia
telah terperdaya, ia memutuskan untuk membunuh semua anak di Betlehem dan
sekitarnya (nas ini). Dengan mengetahui kekejaman Herodes yang tega membunuh
isteri dan anak-anaknya sendiri, tidaklah mengherankan bila ia membantai
anak-anak tak berdosa di Betlehem untuk mencari dan membinasakan Yesus Kristus
sendiri.
AKAR KEJAHATAN HERODES
Akar dosa terletak pada fakta bahwa semua manusia dilahirkan sebagai orang berdosa. Setiap laki-laki maupun perempuan mempunyai pertalian darah sampai kepada Adam. Dosa dan kesalahan Adam diimputasikan kepada semua keturunannya, yaitu seluruh ras manusia. Ketika orangtua kita yang pertama itu memberontak melawan Tuhan, racun dosa telah menjalar ke dalam setiap gen, dan aliran darah, dan setiap jiwa umat manusia. Darah yang telah teracuni itu dan jiwa orang-orang berdosa yang telah tercemar dan telah rusak atau bobrok itu tidak memiliki kasih untuk Allah.
Sangatlah mungkin bahwa Herodes tidak
pernah memiliki kasih sama sekali kepada Allah. Dapat dikatakan demikian dengan
belajar dari kebejatan, kejahatan dan kelalimannya bahkan terhadap isteri dan
anak-anaknya sendiri. Boleh saja ia memeluk agama Yahudi bahkan membangun
kembali Bait Suci di Yerusalem. Namun itu dilakukannya hanya untuk memuluskan
niatnya untuk memegang jabatan raja bagi umat Yahudi pada masa itu. Ia pergi ke
sana setiap sabat dan menaikkan doa-doa. Tetapi apa yang diperbuat dan
dilakukannya bukanlah cerminan dari perilaku orang yang sungguh-sungguh mengasihi
Tuhan. Mazmur 10:4, “Kata orang fasik itu dengan batang hidungnya ke atas:
‘Allah tidak akan menuntut! Tidak ada Allah!’, itulah seluruh pikirannya”, sangat
tepat menggambarkan karakter Herodes. Jadi, seluruh akar dari kejahatannya itu,
di dalam pusat hatinya, dia adalah anak Adam yang telah rusak. Di dalam hatinya
yang penuh dengan dosa tidak ada kasih untuk Tuhan.
HERODES MENOLAK KEKAYAAN ANUGERAH
Kekayaan anugerah adalah Kitab Suci dan khotbah-khotbah yang seseorang dengarkan. Ahli-ahli Taurat telah menjelaskan kepada Herodes di mana Kristus akan dilahirkan. Mereka mengutip Mikha 5:2, “Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala”. Apakah ia mendengarkan Alkitab? Apakah ia percaya Juruselamat yang baru dilahirkan? Apakah ia dipertobatkan? Tidak. Ia menolak kelimpahan anugerah yang diberikan di dalam Alkitab. Ia tidak merasa digerakkan oleh Alkitab.
Apakah ia memperhatikan pemberitaan dari orang-orang Majus itu? Tidak! Ia malah mencoba untuk menipu mereka, agar ia dapat membunuh Yesus! Jika ia memperhatikan pemberitaan mereka, mengapa ia tidak mau bergabung bersama dengan mereka, untuk pergi ke Betlehem dan menyembah Kristus? Walaupun Betlehem hanya lima mil jauhnya, namun ia tidak memperhatikan pemberitaan orang-orang Majus ini. Dari pada datang kepada Yesus dan beroleh selamat, ia lebih suka kucing-kucingan dengan para Majus itu dan menolak kelimpahan anugerah itu.
Dan lihatlah apa yang terjadi di akhir hidup Herodes! Bahkan ketika ia sedang membunuh anak-anak kecil di Betlehem, ketakutan yang luar biasa menyerang dia, sama seperti ketakutan dari penyakit yang menyerang tubuhnya. Dr. Gill berkata, “Catatan yang diberikan [dua sejarawan kuno] Josephus dan Eusebius menjelaskan tentang kematiannya yang sangat menyedihkan, seperti berikut ini: demam tinggi telah membakarnya, disertai dengan rasa gatal yang tak tertahankan di sekujur tubuhnya, dan perutnya terus menerus sakit; kakinya membengkak disertai dengan buang air terus menerus; bagian dalam perutnya diserang dengan radang… yang membiakkan cacing-cacing di dalamnya; mengalami kesulitan yang tinggi untuk bernafas, dan dalam seluruh bagian tubuhnya mengalami sakit yang teramat menyiksa; tubuhnya membengkak, nafasnya berbau busuk, dan isi perutnya penuh dengan borok; ketika ia sadar bahwa semua kekayaan dan kejayaannya tidak dapat menolongnya, dan bahwa ia pasti mati, ia mencoba [untuk bunuh diri] namun berhasil dicegah, dan segera setelah itu ia [mati] dengan cara yang sangat menyedihkan” (John Gill, D.D., An Exposition of the New Testament, The Baptist Standard Bearer, 1989 reprint, volume I, hal. 17).
Gambaran yang diberikan kepada kita oleh
dua sejarawan kuno ini, yaitu Josephus dan Eusebius, benar-benar mengerikan.
Itu seolah-olah memberikan pemandangan sekilas kepada kita tentang orang yang
turun ke dalam perut neraka yang menghanguskan, “di mana ulat-ulat bangkai
tidak mati dan api tidak padam” (Mark. 9:48).
REFLEKSI
Jika ada di antara pembaca yang belum sampai menyerahkan diri “kepada pikiran-pikiran yang terkutuk” (Roma 1:2), datanglah kepada Yesus Kristus untuk keselamatan anda, mumpung masih ada kesempatan. Biarlah setiap orang yang haus akan keselamatan mau datang kepada Kristus. Ia telah mati di kayu Salib untuk membayar lunas hutang dosa kita. Ia telah bangkit dari kematian dan duduk di sebelah kanan Allah di sorga untuk menyediakan tempat bagi kita orang-orang percaya. Janganlah turun ke dalam jurang Neraka yang menghanguskan bersama dengan Herodes. Datanglah kepada Yesus Kristus di Natal ini dan biarlah dosa-dosa anda disucikan oleh Darah-Nya yang mahal, sehingga anda dapat hidup untuk selama-lamanya bersama dengan Dia di Firdaus Allah. AMIN.
“SELAMAT HARI NATAL”
Comments
Post a Comment